Lurah Girisekar, Sutarpan, menyampaikan bahwa prosesi bukaan tetap dibuka untuk umum, namun ada sejumlah aturan yang wajib dipatuhi pengunjung. Hal ini sesuai ketentuan adat yang telah ditetapkan oleh para juru kunci.
> “Kami berharap masyarakat maupun pengunjung mematuhi aturan. Misalnya tidak diperbolehkan melakukan live streaming selama prosesi berlangsung. Selain itu, kaum wanita juga tidak diperkenankan memasuki area inti saat pembukaan singkep Kyai Cupu Panjolo,” jelas Sutarpan.
Lebih lanjut, Sutarpan mengimbau kepada warga atau pengunjung yang memiliki hajat agar hadir lebih awal. Dengan begitu, panitia bersama juru kunci dapat melayani sesuai tata cara yang berlaku. Ia menekankan bahwa acara ini tidak hanya sekadar ritual budaya, melainkan juga sarat dengan nilai spiritual dan doa bersama untuk keselamatan masyarakat.
> “Semoga acara bukaan tahun ini berjalan lancar, khidmat, dan membawa berkah. Harapan kita semua di tahun mendatang bisa terkabul atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa,” imbuhnya.
Tradisi Bukaan Kyai Cupu Panjolo telah berlangsung turun-temurun dan diyakini memiliki nilai spiritual yang tinggi. Prosesi ini dilaksanakan setiap malam Seloso Kliwon pada penanggalan Jawa. Dalam pelaksanaannya, singkep atau kotak pusaka Kyai Cupu Panjolo dibuka oleh juru kunci di hadapan masyarakat. Pusaka tersebut dianggap sebagai peninggalan leluhur dan dipercaya menyimpan pesan-pesan gaib yang menjadi petunjuk perjalanan hidup masyarakat pada tahun berikutnya.
Meski bersifat sakral, masyarakat dari berbagai daerah senantiasa datang untuk menyaksikan jalannya prosesi. Tidak hanya warga sekitar, banyak pula peneliti, budayawan, hingga wisatawan yang tertarik mengamati tradisi unik ini. Namun demikian, suasana tetap dijaga dengan penuh khidmat karena dianggap bagian dari laku budaya dan spiritual Jawa.
Larangan dan Tata Tertib:
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pihak panitia bersama juru kunci menegaskan beberapa larangan. Selain tidak boleh live streaming dan larangan bagi perempuan memasuki area inti prosesi, pengunjung juga diminta menjaga ketertiban, kesopanan, serta tidak melakukan tindakan yang dapat mengganggu jalannya acara.
Dengan aturan yang ketat, acara ini diharapkan tetap berjalan sesuai pakem adat tanpa mengurangi makna sakralnya. Panitia juga mengingatkan agar pengunjung menghormati prosesi, tidak hanya sekadar hadir sebagai tontonan, tetapi juga ikut merasakan nilai spiritual dan kebersamaan yang terkandung di dalamnya.
Bukaan Kyai Cupu Panjolo merupakan salah satu tradisi yang memperkaya khasanah budaya Jawa, khususnya di Kabupaten Gunungkidul. Prosesi ini tidak hanya merefleksikan warisan leluhur, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga dalam kebersamaan doa dan harapan.
Setiap tahun, antusiasme masyarakat terhadap acara ini tidak pernah surut. Bahkan, tradisi ini telah menjadi daya tarik tersendiri yang menunjukkan bahwa Gunungkidul tidak hanya memiliki kekayaan alam berupa pantai dan pegunungan, tetapi juga menyimpan nilai-nilai budaya adiluhung yang patut dilestarikan.
0 Komentar