Lt, peserta asal Playen, mengaku kecewa karena acara hanya diisi tenda sederhana dan panggung kecil. “Kalau memang anggarannya Rp400 juta, kenapa tidak berbeda jauh dengan kontes tingkat kecamatan?” ujarnya. Peserta dari luar daerah juga melontarkan kritik serupa.
Kontes sempat ricuh setelah pengumuman juara kategori ekstrem sapi Peranakan Ongole (PO). Peserta Bantul menilai sapi pemenang bukan murni PO, melainkan persilangan Brahman. Mereka kemudian memilih walkout sambil membawa pulang sapinya.
Kepala Dinas Peternakan Gunungkidul,membenarkan anggaran Rp400 juta. Ia menegaskan dana sudah sesuai kebutuhan lapangan. Namun, seorang praktisi event lokal, HRS, menilai acara serupa bisa digelar dengan Rp150 juta saja.
Sorotan publik pun makin tajam. Bagi peternak, kontes ini semestinya menjadi ajang kebanggaan. Sayangnya, dengan kontroversi anggaran dan dugaan ketidakadilan penilaian, acara justru meninggalkan tanda tanya besar.
0 Komentar