Pengrajin Gamelan Di Yogyakarta Terancam: Kebijakan Abaikan Produk Lokal dan Ekosistem Ekonomi Masyarakat


Ranah Pengrajin Gamelan dan Kebijakan

Ancaman kebudayaan di Indonesia bukan hanya persoalan budaya luar yang mempengaruhi budaya lokal saja, akan tetapi kebijakan pun bisa mengancam jalannya ekosistem budaya Indonesia. Ancaman pengrajin gamelan di Yogyakarta untuk saat ini menarik untuk dibahas, karena pada dasarnya tulisan ini terinspirasi dari para pelaku pengrajin gamelan di Yogyakarta tentang persoalan kebijakan dan ekonomi masyarakat.

Gamelan pada saat ini bukan persoalan lagi tentang alat musik tradisional tetapi gamelan sebagai identitas suatu budaya, gamelan adalah jantung dari budaya dan sebuah warisan tak benda yang sangat berharga. Tidak heran juga setiap daerah mempunyai ciri khas gamelan masing-masing yang di desain dengan ciri khas daerahnya.

Gamelan Yogyakarta pun mempunyai ciri khas dalam bentuk, ukiran, ornamen gamelan, jumlah instrumen dan nada mempunyai ciri khasnya.  Akan tetapi untuk saat ini ingin menelusuri perjalanan pengrajin gamelan di Yogyakarta di tengah angin surga dana Istimewa.

Bagi masyarakat seni di Yogyakarta adanya Dana Istimewa membawa perubahan yang besar, hingar binger kegiatan seni pun memasuki segala plosok di Yogyakarta dengan bantuan Dana Istimewa. Bahkan pengadaan alat musik tradisional rebana, alat keroncong, kostum tari dan gamelan masuk dalam prioritas program Lembaga kebudayaan melalui Dana Istimewa. Tidak heran juga, setiap tahunnya lembaga kebudayaan mengadakan belanja alat musik gamelan dengan jumlah besar.

Menurut sepengetahuan pengrajin Gamelan setiap tahunnya bisa pengadaan gamalen besi 60 set, kuningan 5 set dan perunggu 15 set atau lebih, menurutnya informasi dari pengrajin gamelan, menurutnya informasi. Pengadaan gamelan di Yogyakarta masih belum transfran secara pengadaan gamelan hanya lewat persorangan.  Yang paling, ironis setiap tahun proyek gamelan ini di dominasi oleh satu perusahan gamelan saja. Yang menjadi kekhawatiran ialah akan matinya pengrajin-pengrajin gamelan di Yogyakarta. Bahkan setiap tahunya pengadaan gamelan lembaga kebudayaan selalu bekerjasama dengan pengrajin gamelan diluar Yogyakarta. Persoalan ini lah yang menjadi kegelisahan seorang pengrajin gamelan di Yogyakarta. Sebagaimana posisi lembaga kebudayaan pemerintahan itu identik sebagai lembaga pelestari budaya, pengembangan budaya akan tetapi pada persoalan kebijakan pengadaan gamelan ini, posisi lembaga kebudayaan berposisi mencari keuntungan tidak memikirkan tentang pelestarian budaya dan pengembangan ekosistem pengrajin gamelan di Yogyakarta.   

Persoalan pengadaan gamelan di Yogyakarta banyak persoalan dan tanda tanya, dari ketidak transfarannya pengadaan gamelan, tidak mementingkan produk lokal dan sumber daya lokal. Ekosistem pengrajin gamelan dan mataratai ekonomi gamelan mulai hilang. Banyak pekerjaan yang tadinya dikerjakan oleh pengrajin gamelan di Yogykarta saat ini diambil aleh oleh pengrajin gamelan di luar Yogyakarta. Kehilangan matarantai ekonomi Masyarakat bagi pengrajin gamelan di Yogyakarta sangat besar dampaknya, Dimana banyak orang yang mulai kehilangan pekerjaannya di dunia industry gamelan, dan bahkan dampak gamelan secara jelas telah membangun identitas daerah Yogyakarta sebagai kota budaya. Akan tetapi pemerintah melalui Lembaga budayanya tidak memikirkan akan budaya dan masa depannya.

 Gamelan Lahan Pekerjaan Warga Sekitarnya

Selama ini ternyata pengrajin gamelan bukan hanya berbicara persoalan bunyi saja. Tetapi persolan tentang ekonomi warga sekitar pengrjin gamelan, yang banyak dilibatkan dalam pekerjaan gamelan. Sala satu contohnya pengrajin gamelan di Gunungkidul selama ini telah memperkerjakaan warga sekitar 10 orang sebagai pengrajin gamelan. pekerja ini setiap hari memperkerjakan pesan-pesan alat musik Gamlen untuk luar Yogyakarta, bahkan selama ini sering produk gamelannya di jual pada kalangan seniman dan Perusahaan swasta saja. Akan tetapi pada pengadaan gamelan di Yogyakarta tidak begitu tertarik, karena menurutnya pengadaan gamelan di Yogyakarta di persulit untuk keuntungan pribadi. Menurutnya mekanisme pengadaan gamelan tidak terbuka oleh publik dan bahkan lebih melihatkan transaksi jual beli mirip pasar gelap. Inilah ironisnya pengadaan gamelan di Yogyakarta.   

 Persoalan gamelan ini ternyata tidak dirasakan oleh satu pengrajin gamelan saja, akan tetapi setiap daerah di Yogyakarta merasakan bahwa pengadaan gamelan di Yogyakarta tidak ada manfaatnya bagi pengrajin gamelan di Yogyakarta. Menurut perbincangan pengrajin gamelan di Bantul, selama ini meraka merasa tidak dihargai sebagai pengrajin gamelan di Yogyakarta dan selama ini tidak diharagi juga telah membantu pemerintah dalam membuka lahan pekerjaan untuk warga sekitar. 

Posting Komentar

0 Komentar