"Nguri - uri" Seni Budaya Bersama Jathilan Manunggal Putra Wuni, Nglindur


GIRISUBO, (WH) - Jathilan dikenal sebagai tarian paling tua di Jawa, dikenal juga dengan nama Jaran Kepang.  Tarian ini mempertontonkan kegagahan seorang prajurit di medan perang dengan menunggang kuda sambil menghunus sebuah pedang. Penari menggunakan kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit binatang yang disebut dengan Kuda Kepang, diiringi alat musik gendang, bonang, saron, kempul, slompret dan ketipung.

Tarian ini pertunjukkan oleh penari yang menggunakan seragam prajurit dan yang lainnya menggunakan topeng dengan tokoh-tokoh yang beragam, ada Gondoruwo (setan) atau Barongan (singa). Mereka mengganggu para prajurit yang berangkat ke medan perang. Selain di Yogyakarta, Jathilan juga berkembang di wilayah lain seperti, Jawa Timur, Jawa Tengah, meski masing-masing menampilkan versi yang berbeda. Lakon yang dimainkan umumnya sama, seperti Panji, Ario Penangsang atau gambaran kehidupan prajurit pada masa kerajaan Majapahit.

Masyarakat lebih mengenal tarian ini sebagai sebuah tarian yang identik dengan unsur magis dan kesurupan. Pada tarian aslinya, para penari Jathilan menari secara terus-menerus sambil berputar-putar hingga salah satu dari mereka mengalami trance atau semacam kesurupan. Penari ini akan meraih apa saja yang ada di depannya, termasuk pecahan kaca, memakan rumput, mengupas kelapa dengan gigi dan adegan-adegan yang kelihatan tidak masuk akal lainnya. Penari mengunyah kaca seperti kudapan yang enak dan nikmat. Bagi sebagian penonton, adegan trance ini yang menjadi tontonan mengasyikkan.

Salah satu pelestari kesenian ini adalah Jathilan Manunggal Putra yang aktif sejak tahun 2017 beralamat di Padukuhan Wuni, Desa Nglindur, Kecamatan Girisubo. Kelompok aeni ini beranggotakan penari sebanyak 48 , wiyogo 10 orang, ganong 8 orang serta pawan 5 anggota.

Totok Wahyudi Dukuh Wuni menceritakan bahwa Setiap minggunya Jathilan Manunggal Putra terus berlatih secara rutin ada pwntas maupun tidak .

"Jathilan Manunggal Putra Sering ikut kegiatan seperti Fky , Hari Jadi Kabupaten , Dhaksinarga festival dan masih banyak event pentas yang lainnya yang sering diikuti , saya sangat mengapresiasi para generasi penerus yang mah " nguri - uri" kebudayaan dan seni karena kalau bukan kita mau siapa lagi yang melestarikan,"ungkap Totok.(4/10)

"Semoga kedepan kelompok seni inj semakjn solid, berkembang, dan mampu bertahan dari seni seni modern yang lainnya dan mampu menjadi icon daerah kita." pungkasnya.(Hari)



Posting Komentar

0 Komentar