
Bertindak sebagai petugas adalah pengurus OSIS sedangkan pembina upacara adalah kepala madrasah. Sebanyak 300 civitas akademika mengenakan pakaian muslim bernuansa putih, baik itu baju koko, sarung, peci, rok, celana maupun gamis. Warna putih sebagai lambang kesucian sekaligus memenuhi himbauan Menteri Agama RI. Dengan warna putih, upacara nampak berbeda namun tetap dapat berlangsung dengan hikmat dan lancar.

Kepala madrasah, Ponco Budi Susilo, dalam sambutan membacakan sambutan Menteri Agama Republik Indonesia. Santri Indonesia menjadi pelopor perdamaian di Indonesia mengandung arti bahwa pesantren memegang peranan penting sebagai laboratorium pembentukan santri dengan jiwa moderat, ramah dan cinta damai. Bersamaan dengan hari santri, juga terbit Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren yang semakin memperkuat eksistensi pesantren.
Tidak jauh beda, madrasah juga punya tanggungjawab dalam membentuk jiwa cinta damai pada warganya. "Madrasah kita juga menjadi laboratorium bagi siswa agar siswa kita menjadi orang yang ramah, moderat serta cinta damai. Jangan sampai ada percekcokan bahkan perkelahian antar warga madrasah," pesan kepala madrasah di akhir sambutan. (nes)
0 Komentar