Gunungkidul Muda Bisa Apa? Tanpa Anak Muda Gunungkidul Jadi Apa?

WONOSARI,(WH) -Dimas Diajeng adalah rahim perjuangan Dinas Parawisata Gunungkidul. Bukan sekedar kontestasi kecantikan, namun bentuk apresiasi yang diharapkan mampu membangkitkan kebanggaan anak muda terhadap Gunungkidul. Tidak bisa tidak, anak muda harus terlibat dalam pembangunan manusia daerahnya. Sebab generasi muda adalah pilar masa depan yang menetukan wajah kampung halamannya.


Parawisata Gunungkidul mengalami perkembangan yang cukup membanggakan beberapa tahun terakhir ini. Kita boleh bangga, namun tak boleh berpuas diri sebab ini baru awal saja. Karena kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Salah satunya adalah, paradigma masyarakat luar bahkan juga masyarakat Gunungkidul sendiri terhadap Gunungkidul.
Bahwa Gunungkidul adalah Yani rah yang gersang, sering dilanda kekeringan, dan masyarakatnya hidup dalam garis kemiskinan” sekilas demikianlah penilaian banyak pihak terhadap Gunungkidul.
Minggu, 06 Oktober 2019, Dinas Parawisata bersama Dimas Diajeng Gunungkidul menghadirkan terobosan baru. Sebuah diskusi umum yang diharapkan berlanjut menjadi aksi. Bertempat di Angkringan Mrikiniki, dan dihadiri oleh Yuni Hartini (Kabid Pemasaran Dinas Parawisata GK) serta kawan-kawan Dimas Diajeng 2017 dan 2019.
Hadirnya diskusi ini harusnya menjadi satu ledakan yang monumental, bahwa “Benar Gunungkidul itu terbelakang, gersang, masyarakatnya masih banyak yang terjebak kemiskinan. Benar, Gunungkidul demikian adanya. Tapi hari ini dan besok, kita akan katakan bahwa hal tersebut adalah Gunungkidul masa lalu. Gunungkidul akan kita lahirkan kembali sebagai rumah yang nyaman, masyarakatnya maju serta parawisatanya yang tak ada duanya”.
Diskusi berjalan menarik, dipandu oleh moderator keren, Diajeng Hana (Finalis Dimas Diajeng GK). Selain itu ada Dimas Tutus dan Diajeng Rini (Dimas & Diajeng Terpilih 2019) berbagi ide dan harapan terhadap generasi muda Gunungkidul.

Diajeng Rini berujar bawah “Menjadi Dimas Diajeng berarti siap menjadi ‘duta’ Gunungkidul yang turut mengembang tanggung jawab membawa nama baik Gunungkidul ke luar daerah”.

Dimas Tutus juga menambahkan bahwa “Anak muda punya tanggung jawab sama dengan Dimas Diajeng, setiap anak muda adalah duta bagi Gunungkidul. Kabarkan yang baik ke luar daerah”.
Gunungkidul Muda Bisa Apa? Apa yang anak muda bisa lakukan? Apa sumbangsi generasi muda terhadap Gunungkidul? Dan Apa jadinya Gunungkidul tanpa anak muda?
Segudang pertanyaan yang tidak bisa saya jawab sendirian, pertanyaan tidak bisa dijawab oleh pemerintah daerah sekalipun. Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh anak-anak muda Gunungkidul. Pertanyaan ini hanya bisa dijawab jika para generasi muda berkolaborasi, berkumpul dan teroganisir untuk menyusun visi besar lalu dituangkan menjadi aksi nyata. Sebab Gunungkidul adalah rumah kita, maka hari ini saya nyatakan bahwa saya jatuh cinta pada Gunungkidul. Dan orang yang jatuh cinta akan melakukan apapun yang terbaik terhadap apa yang dicintainya.
Apa yang harus kita lakukan? Sebagai kaum muda, sebagai Dimas Diajeng Gunungkidul. Seperti yang dikatakan oleh Yuni Hartini (Kabid Pemasaran Dinas Parawisata GK) “Bahwa Dimas Diajeng bukan sekedar kontestasi kecantikan, namun representasi anak muda sejati Gunungkidul. Anak muda itu adalah lambang semangat baru, spirit yang tak lelah berjuang dan generasi penerus di kemudian hari.”
Bersama dengan tulisan ini, Saya Daniel (Dimas Gunungkidul 2017) ingin mewartakan dan mengajak semua generasi muda. Sudah saatnya Gunungkidul muda menjawab pertanyaan atas persoalan daerahnya. Tanggung jawab akan kemajuan, kelestarian budaya, bangkitnya ekonomi daerah dan mendunianya parawisata Gunungkidul adalah tanggung jawab putra putri Gunungkidul sendiri. Menjadi generasi yang berdaya harus dimulai dari persatuan yang kokoh, dan gerakan yang kolaboratif. Sebab saatnya kita jatuh cinta, pada Gunungkidul Handayani. (Angkringan Mrikiniki, 06/10/19, Gunungkidul).Daniel (Dimas Gunungkidul 2017)

Posting Komentar

0 Komentar