Endah mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindakan yang dinilai tidak menghormati nilai-nilai adat dan budaya lokal. Ia menyebut aksi tersebut sebagai bentuk ketidaksantunan terhadap warisan leluhur yang seharusnya dijaga dan dihormati.
Wah ini sudah keterlaluan. Seperti tidak ada konten lain yang lebih menarik ,” ujar Bupati dengan nada geram, Jumat (11/04/2025).
Lebih lanjut, Bupati mengingatkan pentingnya memahami adab dan etika, terutama saat berada di ruang-ruang yang dianggap keramat.
Sebagai masyarakat yang tahu tentang adab, tata krama, etika, dan sopan santun, seharusnya paham bahwa tempat-tempat keramat itu tidak untuk main-main. Terlepas dunianya sudah berbeda,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa meskipun tak semua aturan adat tertulis, nilai-nilai budaya tetap harus dijunjung tinggi.
Adat, budaya, warisan leluhur itu tidak semuanya tertulis, tapi harus tetap dihormati. Tindakan dan perilaku seseorang mencerminkan kualitas pribadi. Sangat disayangkan, kita yang dianggap punya budi pekerti luhur ternyata bisa menjadi nir etika,'' lanjut Bupati.
Sikap senada disampaikan oleh R.M. Kukuhhertriasning, cucu dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII sekaligus pelestari budaya Yogyakarta. Menurutnya, kegiatan live streaming sebenarnya sah-sah saja, selama dilakukan dengan cara yang tepat dan menghormati konteks tempat.
Kegiatan live itu sah-sah saja, yang jadi persoalan adalah ketika dilakukan dengan menantang dan memancing kegaduhan. Adab seharusnya paling diutamakan. Makam dan tempat sakral itu seharusnya dijaga, bukan dirusak oleh kegiatan yang kurang pantas,'' ujar lelaki yang akrab disapa Ndoro Aning.
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, pemangku wilayah, pelestari budaya, dan masyarakat dalam mengarahkan konten digital agar lebih berorientasi pada pelestarian nilai-nilai budaya.
Kalau kontennya untuk penelusuran sejarah atau pelestarian budaya, tentu bagus. Tapi harus ada kolaborasi antara semua pihak,'' tambahnya.
0 Komentar