Upaya Bertahan Hidup Demi Sesuap Nasi,Nilai Rupiah 150 Ribu Harus Menunggu Proses Sampai Lima Hari

GUNUNGKIDUL ( Wartahandayani.com)_ Banyak cara warga masyarakat Gunungkidul  khususnya dalam bertahan hidup di era Modern atau di masa Pandemi Covid 19,salah satunya bertahan hidup dengan cara membuat arang secara tradisional  yang nantinya di jual ke pengepul .Selasa 04/05/2021

Banyak menyebutnya dengan bahasa " NGARENG/ BENEM" dengan proses yang cukup panjang tidak sebanding dengan harga jualnya.Namun,banyak warga masyarakat khususnya petani masih menekuni pekerjaan ini


Salah satunya Mbah Wagiman warga Padukuhan Kayubalung,Kalurahan Girisekar,Kapanewon Panggang,saat kami jumpai sedang memulai proses membuat arang menjelaskan bahwa pekerjaannya memang masih selalu di lakukan,disamping nantinya dijual bahan arang juga di pakai untuk bahan bakar pengganti kompor

"Nek ora obah ora mamah ,gawean opo wae di tekuni numbang ( pekerjaan apa aja di tekuni,lumayan untuk tambahan pemasukan) " Ucap Mbah Wagiman sambil melanjutkan proses membakar kayu

Ditanya hasil dari membuat arang ia mengatakan hasilnya bisa buat tambah-tambah pemasukan walau tidak seberapa


"Proses membuat arang tidak mudah,mulai dari mencari kayu ,nantinya masih proses di potong-potong,dan masih proses menyusun sampai jadi seperti ini tidak cukup dengan waktu 1 atau 2 hari ,belum nanti proses membakar .Masih membutuhkan beberapa hari sampai menjadi arang" Jelasnya

Selain itu proses membuat arang masih banyak menjalani proses yakni harus sering-sering di tenggok ,jangan sampai apinya terlalu besar yang mana akan berakibat fatal jika tidak di atur atau di tenggok .Bahkan ia tidur tidak jauh dari lokasi "Bebnem" Membuat areng

"Untuk menghasilkan 2 karung arang dibutuhkan paling tidak waktu 5 hari,mulai dari proses mengumpulkan kayu ,bahan dasar arang,untuk harga 2 karung arang rata-rata Rp 75.000 per karung ,bisa di hitung dalam proses membuat arang sekian hari hasil yang saya dapat kurang lebih Rp 150.000 .Belum kalau arangnya tidak bagus" Ungkapnya


Suka duka warga masyarakat khususnya para petani tidak sebanding dengan kerja kerasnya namun dalam hal ini kita semua bisa memetik hikmah dari semua itu,yang mana usaha apapun atau pekerjaan apapun jika kita nikmati dan jalani dengan ikhlas insyallah berkah buat keluarga,tidak melihat besar kecil hasilnya

Haris

Posting Komentar

0 Komentar