Pengganti Kedelai :Koro Pedang Belum Dilirik Pemerintah Untuk Dibudidaya



GUNUNGKIDUL (Wartahandayani.com)_Tanaman koro pedang telah lama dikenal oleh masyarakat Gunungkidul, namun karena dianggap tidak menguntungkan dan kalah familier dibanding jenis tanaman lain menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.Jumat 05/02/2021 


Secara tradisional tanaman koro pedang digunakan untuk pupuk hijau dan polong muda digunakan untuk sayur (dimasak seperti irisan kacang buncis). Biji koro pedang tidak dapat dimakan secara langsung karena akan menimbulkan rasa pusing. Biji koro merah digunakan untuk obat sakit dada, dan di Madura, koro biji merah digunakan untuk obat dengan nama Bedus. 



Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe tanaman yaitu: koro pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis ) dan tipe merambat (Canavalia gladiata) yang memiliki biji warna merah. 


Kandungan protein biji koro pedang dan biji kacang-kacangan lain berturut-turut adalah: koro pedang biji putih (27,4%), koro pedang biji merah (32%), kedelai (35%), dan kacang tanah (23,1%). Selain itu, biji koro pedang putih (Canavalia ensiformis) mengandung zat toksik, yaitu: kholin, asam hidrozianine, dan trogonelin. 


Pada biji koro ini juga mengandung tripsin dan cymotrypcine inhibitors. Koro pedang biji merah (Canavalia gladiata) memiliki kandungan protein dan garam yang cukup tinggi, asam hidroianik, dan saponine. 

https://youtu.be/GM34ZFF1wSk

Karena biji koro mengandung racun maka perlu cara masak khusus untuk menetralkan racun sebelum dikonsumsi. 



 Sempat mendapatkan binaan di UST Yogyakarta Christine dan Kusno warga Padukuhan Mengger, Kalurahan Pulutan, Kecamatan Wonosari mengolah koro pedang ini menjadi tempe, kecap dan taucho 

https://www.wartahandayani.com/2021/02/heha-ocean-view-gratis-untuk-warga.html?m=1

Tempenya enak, dan dia memproduksi berdasar pesanan untuk oleh-oleh, karena produksinya masih terbatas, bahan baku koro pedang masih harus beli dari luar daerah, di Gunungkidul masih sangat kurang. 


Sebenarnya potensinya ada, cara tanamnya juga mudah, untuk itu dia menghimbau agar petani bisa memanfaaykan peluang ini dengan menanam koro pedang setelah musim panen tahun ini, mumpung hujanya masih ada. 


Tingginya harga kedelai dan ketergantungan akan kedelai impor seharusnya dijadikan momentum pemerintah untuk serius mendorong dan mengembangkan produksi tempe dari bahan non kedelai, yaitu koro pedang. 


Tempe koro pedang memiliki kandungan nilai gizi yang cukup baik, yaitu kadar protein 34,78%, lemak 6,25%, karbohidrat 54,64%, dan kandungan serat pangan total 3,47% (Ambarsari et al., 2016). 


Dinas Pertanian Gunungkidul bisa mendorong petani untuk menanam koro pedang sebagai tambahan hasil pertanian selain padi, jagung, kacang, kedelai dan ketela, prospeknya sangat bagus.

 

Posting Komentar

0 Komentar