Waspada! Indonesia Masih Alami Stunting Cukup Tinggi


TANGSEL, (WH) - Dokter Spesialis Anak dr Rahmat Sentika SpA MARS menyampaikan, Indonesia masih mengalami stuntingyang cukup tinggi. Jika kita teliti orang-orang yang lalu lalang di stasiun, pabrik, dan tempat-tempat lain, rerata perempuan Indonesia berpostur pendek.

Hal tersebut dikatakannya dalam seminar bertema Perempuan Tangguh Inspirasi Generasi Bebas Stuntingyang diinisiasi Pimpinan Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama Kota Tangsel, Jumat (5/4).

“Coba saja kalau kita perhatikan orang-orang yang keluar dari stasiun, pabrik, dan tempat-tempat lain, hampir 30 persen perempuan Indonesia pendek-pendek,” kata Asisten Deputi Kebijakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan 2000-2001 ini.

Dalam seminar yang digelar di Wisma I Universitas Terbuka Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangsel, Jumat malam, Rahmat berpendapat bahwa stunting dapat dicegah sebelum usia 5 tahun. “Kalau di atasnya itu sudah susah,” tandas dokter yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Ketua di Lembaga Kesehatan NU itu. 

Menurut dia, stunting adalah permasalahan bersama yang akhir-akhir ini mengemuka setelah disinggung dalam perdebatan Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2019. Rachmat mendefinisikannya sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Kondisi ini akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek pada usianya.

“Stunting dalam bahasa Inggris menunjukkan Present Continuous Tense atau yang sedang berlangsung. Kalau berumur 5 tahun ke bawah masih bisa diperbaiki," papar dokter yang membuka praktik di RS Premier Bintaro itu.

Saat ini, lanjut dia, permasalahan yang sangat darurat dialami adalah 30,8% balita Indonesia nyaris pendek atau stunting. Lalu, 20% gizi kurang dan gizi buruk yang keduanya tidak memungkinkan untuk lulus SD.

Stunting yang masih berada di kisaran umur hingga lima tahun, menurut Rachmat dapat ditanggulangi dengan penambahan nutrisi. “Jika bapaknya pendek, ibunya pendek, anaknya pendek, itu masalah 7% terjadi. Sisanya 93% dapat diakali dengan nutrisi, stimulasi, dan jangan sampai sakit-sakitan,” tegasnya.

Rahmat menjelaskan, untuk mengetahui seseorang mengalami stunting dapat diidentifikasi melalui rekam pemeriksaan di posyandu yang sudah dicatat dalam buku KIA. “Jika Posyandu benar dalam melakukan penimbangan dan pengukuran, pasti tidak akan kena stunting,” kata dia.

Hal itu memang harus dilakukan usaha pemantauan secara terus-terusan. “Begitu tahu ukurannya tidak normal, langsung segera ke puskesmas, yang di sana akan mendapatkan olahan pangan untuk gizi khusus  seperti Nutrinidring,” terang tim ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia 2010-2013 ini.

Selain itu gizi lain yang sebenarnya sangat penting adalah berupa, AA-DHA yang terdapat di ASI. "Jika seorang ibu sudah tidak mengeluarkan, ya berarti diberi Nutrinidring tadi," lanjutnya. (Nuri Farikhatin/Musthofa Asrori)

Posting Komentar

0 Komentar