Sejarah Gereja Kristen Jawa Wonosari – Gunungkidul


WONOSARI,(WH) - Tahun 1915 di Wonosari dibuka “HULP HOSPITAL” Cabang Petronela Hospital Yogyakarta, bertempat di sebuah bangunan yang bangunan tersebut sekarang tempat Markas DIM 0730 (Lama). Petronella Hospital sekarang bernama RS. BETHESDA.
Tahun 1920 Hulp Hospital di Wonosari dipimpin oleh Bapak Mintowiloso, sebagai juru rawat pimpinan. Pada waktu itu ada seorang pasien sakit mata bernama R. Mangun Pawiro. Ia berasal dari Desa Wiladeg Karangmojo. Bapak R. Mangun Pawiro termasuk (pada waktu itu) seorang yang dipandang oleh masyarakat suka mengganggu keamanan. Mengganggu dalam arti yang sebenarnya. Ia suka mencuri, merampok dan sebagainya. Selama berobat ia berobat di Wonosari, ia menerima berita Injil, akhirnya ia bertobat. Ia bertobat setelah mendengarkan kisah pertobatan Saul yang didengarnya dari Bapak Mintowiloso yang dengan rajin memberitakan kepadanya. Sejalan dengan pertobatan Bapak R. mangun Pawiro, di Wonosari juga ada seorang yang sangat mengganggu keamanan masyarakat. Orang tersebut suka mencuri, merampok, mbegal dan sebagainya. Ia selalu menjadi buruan pemerintah. Hampir-hampir pemerintah pada waktu itu kehabisan akal. Orang tersebut memang menjadi “Lurah” atau pimpinan dari sekelompok penjahat. Ia bernama Bapak Djosetomo.
Dengan usaha yang tak henti-hentinya, pejabat pemerintah pada waktu itu (Bupati) menghubungi bapak Mintowiloso agar membantu “Menjinakkan” Bapak Djosetomo, agar tidak suka mengganggu keamanan masyarakat. Segala biaya untuk keperluan itu akan disediakan oleh pemerintah, asal Bapak Mintowiloso mau membantu “Menjinakkan” Bapak. Djosetomo. Bupati Gunungkidul pada waktu itu berpendapat bahwa orang Kristen itu bertingkah laku baik. Karena berbagai cara telah ditempuh untuk menjinakkan Bapak Djosetomo tetapi belum juga berhasil, maka Bupati Gunungkidul berpendapat : Andaikata Djosetomo menjadi orang Kristen, niscaya ia tidak lagi mau mencuri dan sebagainya. Karena yang dianggap tokoh kristen pada waktu itu ialah Bapak Mintowiloso, maka Bupati Gunungkidul mengadakan konsultasi dengan Bapak Mintowiloso untuk membicarakan kemungkinan mendidik Bapak Djosetomo agar menjadi baik. Didapat kesimpulan bahwa Bapak Mintowiloso bersedia membantu “menjinakkan” Bapak Djosetomo.
Suatu ketika Bapak Djosetomo dipanggil oleh Bapak Mintowiloso. Sesudah Bapak Djosetomo berhadapan maka dengan Bapak Mintowiloso, Bapak Mintowiloso mengemukakan maksudnya bahwa iamembutuhkan tenaga mengapur Hulp Hospital. Tenaga pengapur akan diberi upah f 0,25 sehari ditambah makan secukupnya. Sedang kepada Bapak Djosetomo akan diberi upah f 0,50 sehari.


Dengan melalui jalan semacam itu, akhirnya Bapak Djosetomo bertobat. Sebagai bekas pimpinan kelompok penjahat, maka Bapak Djosetomo banyak didatangi oleh murid-muridnya. Murid-murid tersebut diajak bertobat, tetapi tidak mau. Mereka meninggalkan Bapak Djosetomo untuk seterusnya menempuh jalan hidup yang telah dipilihnya, yaitu lorong-lorong gelap mencuri, merampok dan sebagainya. namun semua kegiatan bekas murid bapak Djosetomo selalu dapat digagalkan oleh petugas keamanan Pemerintah. bahkan setiap kali mereka dapat ditangkap, berkat bantuan Bapak Djosetomo yang telah bertoat tadi. Atas panggilan Tuhan, akhirnya ada juga bekas murid Bapak Djosetomo yang bertobat.
Bapak R. Mangun Pawiro yang terlebih dahulu bertobat dari Bapak Djosetomo, di Wiladeg juga memberitakan Injil Tuhan yang telah diterimanya. Di Wiladeg bagian utara terdapat sebuah arca banteng. Arca ini dikeramatkan oleh masyarakat setempat. pada arca tersebut oleh Bapak R. mangun Pawiro diberi tulisan yang berbunyi : “ARCA BANTENG INI HANYA BERHALA YANG KOSONG”. Sudah barang tentu bahwa tulisan tersebut menimbulkan reaksi yang hebat dari masyarakat. Tetapi lambat laun tantangan tersebut berkurang dan Injil Tuhan tersebar juga di Wiladeg sampai sekarang.
Tahun 1923 Ds. A. Pos Pendeta utusan di Yogyakarta, mengutus Bapak Jemino Darmowasito ke Wonosari sebagai Guru Injil berlajut Tahun 1924 di Wonosari dibuka sebuah sekolah Zending, Bapak Saridjan Wignyohardjono menjadi gurunya yang pertama.
Panitia pendirinya :
Bapak Hardjosuroso – Pimpinan RS. pembantu di Wonosari, Bapak S. Wignyohardjono. Murid-murid yang pertama ada 11 orang, yaitu :
1. D j u m i j o                        6. W a g i m a n
2. D j a i n i                             7. Tukiman
3. N g a d i r a n                    8. N g a d u l
4. W a d i j o                           9. S u m a d i
5. G a r m o n o                    10. W a g i n a             11.  M u l j o

Tahun 1925 Injil Tuhan sampai di Jepitu Rongkop. Orang Kristen pertama bernama Sonokromo. Kemudian disana juga didirikan Sekolah Zending. Dilanjutkan Tahun 1927 Injil Tuhan sampai di Ngembes Pathuk. Ternyata di daerah ini Injil Tuhan diterima baik, sehingga pada tahun 1930 di Ngembes telah berdiri sebuah kelompok orang Kristen/Pepanthan. Pada tahun 1927 itu juga dengan perantaraan seorang pegawai RS. Petronella, Injil Tuhan masuk ke Candi Karangmojo. Lahirlah Pepanthan Candi Jatiayu Karangmojo.
Pada tahun 1929 Injil Tuhan masuk ke Wilayah Kalongan Playen. Orang yang pertama-tama menjadi Guru Injil di Kalongan adalah Bapak Djajadimedja.Tahun 1930.Karya Tuhan memang indah. Ada seorang murid PBH sedang sakit. Murid ini akhirnya ikut katakisasi sampai ia menerima Baptis. Pelayanan baptis dilaksanakan oleh Ds. Alaart di Kemadang. Orang tersebut bernama Kertomulyo. Kemudian di Kemadang dibuka sekolah Zending. Sekarang Kemadang menjadi sebuah Pepanthan.
Setelah mengalami berbagai proses dan perkembangan, maka pada tanggal 19 Juli 1931 diadakan suatu Rapat Majelis yang pertama di Wonosari.Dengan peristiwa ini maka dewasalah GKJ Wonosari, sekalipun pada waktu itu belum mempunyai seorang Pendeta yang secara khusus mengurusi/melayani jemaat Wonosari.
Bersama dengan tahun 1931 itu juga, Pugeran Semin juga menerima Firman Tuhan, Bapak Mangun Suwita seorang guru klenik dengan perantaraan Bapak Petrus (Guru Injil) di Wuryantoro, akhirnya bertobat. Lahirlah Pepanthan Pugeran yang sekarang menjadi GKJ Pugeran. Orang-orang Kristen pertama antara lain : Bapak Kertodikromo, Bapak Somo, Bapak Mentodikromo, dan Bapak Martodikromo.
Tahun 1933 Di Wirik Kulon, Ponjong dibuka Sekolah Zending yang dipimpin oleh Bapak R. Djenaldi Hadisiswaja. Sekalipun pernah mengalami murid-murid bubar karena ada berita bahwa orang Kristen jika kelak mati akan menjadi celeng (babi hutan), tetapi ternyata Firman Tuhan tidak ditolak di daerah ini. Murid-murid suka masuk sekolah lagi sesudah dijelaskan dengan sabar oleh Bapak Hadisiswaja. Bahkan sekalipun kemudian lama tidak ada Sekolah Kristen di sana, namun akhirnya lahir pula sebuah Pepanthan Susukan. Dari Pepanthan Susukan ini kemudian dibangun SD dan SPG BOPKRI (sekarang SMU BOPKRI Ponjong).
Melalui Bapak Dwijosupadmo, Firman Tuhan masuk di daerah Tambran, Semin. Baik Tambran maupun Pugeran semula adalah Pepanthan Wonosari, sekarang menjadi bagian Wilayah Watusigar. Tahun 2000 Panthan Pugeran mendewasakan diri menjadi GKJ Pugeran.
Tahun 1937.Dari Jepitu, Injil Tuhan sampai di Cuwelo. Orang yang pertama menerima Firman adalah Bapak Wonokariyo. Bersamaan dengan Cuwelo, Injil Tuhan sampai pula di Baran, Bapak Hadipurwoko lah orang Baran pertama yang bertobat. Bapak Wonokariyo adalah ayah Bapak Hadipurwoko.

Tahun 1938. Karangawen sebelah timur Jepitu, akhirnya juga menerima berita keselamatan.

Tahun 1942. Jemaat Wonosari yang telah dewasa diperkenankan oleh Tuhan untuk memanggil pendetanya yang pertama. Yang dipanggil sebagai Pendeta yang pertama ialah Bapak Ds. R. Wijoto Hardjotaruna. Pada tahun 1944 Firman Tuhan tersebar pula sampai Bintaos, Banjarejo dan sekitarnya.
Dengan melalui pekerja di RS. Wonosari, Bapak Kromosono menerima kasih Tuhan. Bapak Kromosono ini tinggal di Logandeng. Anaknya yang bernama Efrayim Mugoharsono meneruskan kasih Tuhan kepada orang disekitarnya. Maka lahirlah Pepanthan Logandeng (Sekarang GKJ Logandeng).
Pada tahun 1946 di Paliyan dibuka Poliklinik Negeri. Mantri yang pertama ialah Bapak Mino Siswodarminto. Ia di didik sebagai mantri oleh RS. Bethesda Yogyakarta. Ia beserta isterinya berasal dari Wiladeg, Karangmojo. Karena suami isteri ini telah menerima Firman Tuhan (telah bertobat) maka keduanya langsung atau tidak langsung selalu memberitakan Injil Tuhan. Pada tanggal 16 Februari 1958 ada dua orang berasal dari Paliyan yang dipanggil Tuhan untuk menerima Baptis Suci. Pelaksanaannya masih menjadi satu dengan Pepanthan Kalongan di Kalongan.Akhirnya Paliyan tumbuh menjadi sebuah Pepanthan dan kemudian menjadi jemaat Dewasa. Orang-orang yang menerima Baptis tersebut ialah : Sdr. Suparmono dan Sdr. Mukarto.
Bapak Purwoatmojo Mantri Poliklinik Panggang membawa Injil ke Panggang. Pekerjaannya diberkati Tuhan, sehigga kemudian ada yang diperkenankan Tuhan untuk menerima Baptis.Orang-orang pertama yang di Baptis ialah : Bapak Sutrimo Wignyosumarto dengan isteri dan Bapak Udipawiro dengan isteri. Lahirlah di Panggang sebuah Pepanthan.
Pada tahun 1952 Injil Tuhan tersebar sampai di Bantalwatu Tepus. Seorang Mantri Inlicter yang bekerja disana, yaitu Bapak Ngatiyo Iskak Suryoatmojo, memberitakan Injil Tuhan. Pekerjaannya yang diberkati Tuhan menghasilkan sebuah Pepanthan Bantalwatu. Bahkan Ia karena sesuatu hal berhenti dari jabatannya sebagai Pegawai Negeri. Beberapa tahun kemudian ia dipanggil Tuhan untuk menjadi Pembantu Pendeta (Guru Injil) di daerahnya. Panggilan Tuhan tidak berhenti sampai disini, karena ternyata kemudian bahwa Bapak Ngatiyo Iskak dipanggil Tuhan untuk menjadi Pendeta di Jemaat Baran, yang wilayahnya meliputi Pepanthan Bantalwatu.
Ada suatu kamp kerja pemuda-pemuda Internasional bertempat di Menggora Playen. Dipilih disana karena di tempat itu secara insidental diadakan suatu pelayanan kesehatan/pengobatan oleh Mantri-mantri kesehatan yang beragama Kristen. Poliklinik itu sekarang dipimpin oleh Bapak Tukino Ciptosusilo. Sejalan dengan perkembangan Poliklinik di Menggora, maka makin banyak pula orang yang dipanggil Tuhan untuk bertobat.
Sebelum di Menggora berdiri sebuah Poliklinik, di Sanglor sebelah selatan Menggora, juga tersebar Firman Tuhan. Pada waktu itu ada seorang Guru SR (sekarang SD) yang bernama Bapak Probowiyono, yang selalu memberitahukan Injil Tuhan. Sebelum ia menjadi Guru SD, ia bekerja sebagai Guru Injil ditempat lain. Pada tanggal 1 Desember 1956 ia dipindahkan ke Sendowo Nglipar, sebagai Kepala Sekolah. namun demikian wilayah yang ditinggalkan tumbuh pula sebuah Pepanthan. Baik menggora maupun Sanglor sampai sekarang menjadi Pepanthan Jemaat Paliyan. bapak Probowiyono ini sekarang dipanggil Tuhan menjadi Pendeta di Jemaat Ngulakan.
Bapak Probowiyono yang semula menjadi guru SR di Sanglor dipindahkan sebagai Kepala Sekolah di Sendowo Nglipar. Di tempat yang baru ini ia juga memberitakan Injil Tuhan. Katakisasi diadakan dirumahnya di Sendowo. Setelah mengalami hambatan-hambatan dari orang-orang yang tidak senang, kemudian kegiatan Katakisasi dan Kebaktian dipindahkan dari Sendowo ke Kebonjero yang tidak jauh dari Sendowo. Kegiatan Katakisasi di Kebonjero berlangsung dirumah Bapak Sosial. Kemudian lahirlah Pepanthan Kebonjero sampai sekarang. Dari Kebonjero berkembang sampai di Hargomulyo, Nglipar, Pilangrejo dan sekitarnya.
Sampai tahun 1966 di Gunungkidul hanya ada dua Jemaat, yaitu Wonosari dan Watusigar. Jemaat Wonosari meliputi Kecamatan : Wonosari, Nglipar, Patuk, Playen, Paliyan, Panggang, Tepus, Rongkop, Semanu, Karangmojo, Ponjong dan Semin. Sedangkan Jemaat Watusigar meliputi Kecamatan Ngawen. Untuk meningkatkan pelayanan dan penggembalaan, secara berangsur-angsur ada Pepanthan yang perlu didewasakan.
Pepanthan Paliyan yang meliputi Kecamatan Panggang, Paliyan, Playen dan Patuk didewasakan menjadi Jemaat Paliyan.
Tanggal 3 Juni 1968 Pepanthan Wiladeg didewasakan menjadi jemaat Wiladeg, wilayahnya meliputi Kecamatan Karangmojo dan Ponjong. Bersama dengan itu Pepanthan Pugeran dan Tambran yang semula bagian dari Jemaat Wonosari, digabungkan menjadi Jemaat Watusigar. Hingga Jemaat yang tersebut ini wilayahnya meliputi Kecamatan Ngawen dan Semin.
25 Desember 1968 Pepanthan Baran didewasakan menjadi Jemaat Baran. Wilayahnya mencakup Kecamatan Rongkop dan sebagian Kecamatan Semanu dan Tepus. 

10 Juli 2002. Pepanthan Kemadang didewasakan menjadi Jemaat Kemadang. Wilayahnya mencakup Kecamatan Tanjungsari, Purwosari,  dan sebagian Kecamatan Semanu dan Tepus.
Dalam suatu Sidang Klasis Yogyakarta tanggal 25 Desember 1969 diusulkan adanya regrouping Klasis yang terdiri dari Klasis Yogyakarta Barat, Yogyakarta Timur dan Klasis Gunungkidul.
Klasis Yogyakarta Barat wilayahnya Kabupaten Kulonprogo dan sebagian Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Sedangkan Wilayah Klasis Gunungkidul adalah semua Wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Dalam suatu Sidang Sinode di Klaten disetujui adanya regrouping Klasis Yogyakarta. Berdirilah Klasis Gunungkidul, Yogyakarta Barat dan Yogyakarta Timur.
Sebelum mengikuti Sidang Sinode di Klaten, Gunungkidul telah mengadakan Sidang Klasis yang pertama di Wonosari dan berlangsung dari tanggal 17 sampai 18 November 1969. Pada Sidang Klasis yang pertama ini dihadiri oleh Wakil Sinode, Deputat K.K.K., Wakil Klasis YogyakartaTimur, para undangan dan PAPD Gunungkidul. Bupati Gunungkidul KRT. Djajadiningrat, BA dalam kata sambutannya antara lain mengatakan : Disamping mengucapkan selamat juga mengharapkan agar selalu berhati-hati dalam menyebarluaskan agama demi terwujudnya ketentraman dan keamanan Negara dan Persatuan Bangsa. (GKJ Wonosari)

Posting Komentar

0 Komentar