Sendang Beji dan Cerita Nawang Wulan Bersama Joko Tarub


PURWOSARI,(WH) - Desa Girijati, Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul mempunya beberapa wisata minat khusus yang memiliki legenda dan sejarah yang telah diketahui oleh khalayak. Sendang Beji namanya salah satu pemandian yang memiliki banyak cerita yang berkembang.


Sendang Beji salah satu sumber mata air yang berada di wilayah  Desa Girijati yang memiliki sejarah atau cerita Legenda. Suatu hari Jaka Tarub berburu di suatu kawasan hutan yang terdapat sebuah telaga. Ketika melintas di telaga tersebut, Jaka tarub melihat ada tujuh bidadari sedang mandi. Jaka Tarub kemudian mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika ketujuh bidadari tersebut selesai mandi, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang. 

Jaka Tarub muncul datang menolong. Bidadari yang bernama Dewi Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumahnya. Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih. Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan terlihat bahagia dan selalu memakai kesaktiannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Oleh karena perbuatan Jaka tarub tersebut, kesaktian Nawangwulan menjadi hilang. 

Sejak saat itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi beras untuk dimasak, seperti pada umumnya. Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawang Wulan menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut. Ia kemudian kembali ke Khayangan dan bersedia turun ke bumi hanya untuk menyusui Nawangsih yang masih bayi. 

Kedua versi cerita yang terkait dengan sendang Beji menegaskan bahwa tempat ini memiliki kedudukan yang istimewa secara mitologis. Dengan begitu pula air dari sendang ini kemudian dipercaya dapat memberikan tuah atau khasiat bagi kecantikan/ketampanan orang yang menggunakannya untuk mandi maupun minum. 

Bukan hanya itu. Mitos itu kemudian juga berkembang, yakni dengan munculnya kepercayaan bahwa selain untuk kecantikan dan awet muda, air sendang ini juga berkhasiat untuk kesuburan tanaman dan juga penyembuhan. Tidak mengherankan jika sendang ini banyak dikunjungi orang yang senang bertapa atau mengheningkan hati dan pikiran. Banyak orang memanfaatkan sendang ini sebagai tempat mediasi untuk mendapat sesuatu atau keinginan tertentu.
Terdapat beberapa prasasti Trisoka yang ada di sejumlah titik Sendang Beji, Salah satunya yang bertuliskan Ngudi Sejatining Becik,  Nggayuh Urip Kepenaran, Berbudhi Bowo Leksono. Maksud dari prasasti yang juga sebuah kata-kata pepeling atau pengingat adalah Selalu berusaha mencari kebenaran sejati, Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup yang tepat dan Berjiwa besar. 
Pada perkembangan dewasa ini sendang Beji banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan religi yang berasal dari luar daerah bahkan dari luar pulau jawa. Kebanyakan pendatang ingin melaksanakan meditasi, untuk memperoleh ketenangan hati, juga mengharapkan kesembuhan dari penyakitnya dengan mandi dan berendam di air sendang beji itu. Sendang Beji Nampak ramai dikunjungi wisatawan pada tanggal 1 Suro (bulan Jawa) dan pada hari Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
Terlepas dari itu cerita itu semua, mari jaga apa yang ada disekitar kita tanpa harus merusaknya. Seperti kata filosofi Sendang Beji yaitu di ajeni yang berarrti di hormati untuk dijaga.(Hari)

Posting Komentar

0 Komentar