Tampak hadir dalam kesempatan itu Raden Mas Kukuh Henstriasning (Ndoro Aning) beserta Ndoro Sari, Perwakilan Kebudayaan Gunungkidul Dwi Prihdiani, Anggota DPRD Gunungkidul Laurensius Arintoko, Pamong Kalurahan Sidorejo dan tokoh masyarakat setempat.
Lurah Sidorejo Sidiq Nur Safii mengatakan bahwa nyadran merupakan bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Kegiatan tersebut digelar setiap tahun sekali dalam tanggalan Jawa 15 Ruwah.
Setelah di doakan, ribuan ingkung itu akan dibagikan kepada seluruh masyarakat yang mengikuti tradisi nyadran di makam Ki Tumenggung Suseco Ludiro.
"Alhamdulilah rangkaian acara nyadran telah selesai dengan khidmat. Semoga apa yang menjadi inti dari acara ini dapat terkabulkan, dan menjadi berkah untuk semuanya" ungkap Sidiq.
Diceritakan bahwa pada zaman Majapahit, ada dua punggawa Majapahit lari dari kerajaan yakni Tumenggung Wayang dan Tumenggung Sesuco Ludiro. Setelah Ki Wayang wafat usai peperangan, Ki Secuco Ludiro yang masih bertahan hidup kemudian mengajarkan cocok tanam dan menjadikan daerah subur makmur. Setelah sekian lama, Ki Seco akhirnya wafat dan dikebumikan di Blarangan.
Sementara itu, Budayawan Raden Mas Kukuh Henstriasning (Ndoro Aning) mengatakan bahwa makna dari nyadran itu merupakan memperingati cikal bakal dari dari suatu wilayah dengan cara berdoa kepada Tuhan agar segala dosa diampuni dan berdoa agar mendapatkan berkah tani yang makmur.
"Saya sangat senang dengan antusias masyarakat yang mengikuti nyadran di makam Raden Mas Tumenggung Djoyo Dikromo Secuco Ludiro" ungkap Ndoro Aning.
Haris
0 Komentar