Uniknya, selain maskawin berupa seperangkat alat sholat dan perhiasan, pernikahan ini dilaksanakan dengan maskawin berupa satu toples kurma dari Madinnah, Mekah. Maskawin ijab kabul kurma ini di simbolkan sebagai penanda akan hadirnya bulan ramadhan sesudah pelaksanaan nikah massal.
Ketua Panitia Nikah Bareng Nusantara Ryan Budi Nuryanto mengatakan, jika hal tersebut menjadi konsep yang dipersiapkan oleh penyelenggara. Sebelumnya, nikah bareng juga pernah dilaksanakan di Kabupaten Gunungkidul, tepatnya di Goa Ngingrong, Pantai Krakal dan di Pantai Poktunggal.
"7 peserta nikah massal ini dilakukan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti daerah Gunungkidul, Jogjakarta, Kalimantan, Jakarta, Jawa Barat dan Lampung" Kata Ryan Budi.
Lebih lanjut, Ryan menjelaskan bahwa ijab kabul di tangga itu bermakna sebagai kehidupan yang akan meningkat dan leboh tinggi dengan melewati tangga. Sedangkan ijab kabul di atas kapal bermakna perjalanan panjang setelah pernikahan seperti menerjang ombak badai dengan kapal.
Sementara itu, salah satu pengantin asal Yogyakarta dan Gunungkidul yaitu Muhammad Afnan Lail Probokuncoro dan Sartika Dewi sangat senang bisa mengikuti nikah massal ini. Pasalnya, pernikahan ini digelar di sebuah tempat dengan view pemandangan kota jogja.
Mereka juga menceritakan awal mula pertemuan mereka, yaitu berawal dari sebagai pegawai dan customer hingga berlanjut ke jenjang pernikahan.
"Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pengadaan acara nikah massal ini, sangat seru dan gratis" ungkap Afnan.
Haris
0 Komentar