Gamelan Nusantara: Dari Akademisi Menjadi Pengrajin Gamelan dan Alat Musik Nusantara


Gunungkidul ( Wartahandayani.com )Gamelan Nusantara ia perusahan gamelan dan alat musik yang berdomisili di Gunungkidul, Yogyakarta. Gamelan nusantara secara pengalaman telah bergelut dalam dunia organologi musik nusantara sekitar tahun 2010an di Yogyakarta, dengan pengalaman seorang Wawan Kurniawan, S.Sn, M.Hum sekaligus pendiri Gamelan Nusantara ingin membangun perusahan alat musik yang mempunyai standar dan idialis dalam proses pembuatannya.

Dengan adanya pengrajin gamelan nusantara akhirnya, Wawan Kurniawan, S.Sn, M.Hum bisa dipercayai sebagai tenaga ahli alat musik di berbagai daerah, seperti NTT, Kalimantan, Jawa Barat, Papua. Berkat keilmuannya di bidang organalogi musik wawan pun mendirikan CV. Arnwa Indonesia dengan nama produk Gamelan Nusantara.

Dengan kepopuleran Gamelan nusantara ini, setiap minggu tempat produksi gamelan nusantara disibukan oleh pekerjaan gamelan dan alat musik di berbagai daerah.

Menurut Wawan Kurniwan, memang benar gamelan nusantara pertama muncul atas ketidak puasanya terhadap proses gamelan. Di dalam gamelan selama ini banyak, yang menidentitaskan dirinya sebagai pengrajin gamelan, akan tetapi dari praktinya dia hanya sebagai penjual saja. Dari pengalaman di tipu dengan harga mahal dan kualitas tidak terjaga, wawan pun pernah merasakan hal itu. Dari pengalaman akademisi dan lulusa S1 Etnomusikologi wawan mulai menekunin pekerjaan gamelan di wilayah produksi gamelan secara langsung. Hampir proses selama 1 tahun wawan pun mulai menguasi proses gamelan dengan kualitas tinggi.

Sebagai pengrajin muda di Yogyakarta, Bagi wawan kurniawan dunia pengrajin gamelan di Yogyakarta mempunyai jumlah yang sedikit, dan masih jarang. Jarangnya pengrajin ini disebabkan oleh modal, dan keahlian. Dari dua unsur ini banyak pengrajin tumbang dan tidak bisa berkembang, yang mengakibatkan tumbangnya pengrajin gamelan ialah kebijakan dan tidak adanya keterbukaan dalam pengadaan lelang gamelan.

Pada saat ini lelang gamelan bukan sebagai barang istimewa dan bukan sebagai karya seni lagi. Dimana pada waktu dulu gamelan di produksi oleh ke hati-hatian, kesabaran, ketekunan dan ke iklasan. Akan tetapi saat ini, pengrajin gamelan dikerjakan atas tekanan jumlah, dan waktu. Bahkan ditambahkan oleh beban pendanaan.

 Sebagaimana kita ketahui saja, gamelan untuk saat ini di praktikan seperti membeli krupuk. Membeli atau pengadaan gamelan hanya berdasarkan jangka waktu yang singkat, jangka jabatan, atau membeli gamelan atas dana yang masih melimpah di kantong-kantong kas negara atau pemerintah daerah.

 Pengadaan gamelan di daerah-daerah Yogyakart saat menjadi hal perbincangan di pengrajin gamelan. Obrolannya ia, tentang jumlah pengadaan setiap tahun dengan jumlah puluhan. Yang menjadi heran pengrajin gamelan, apakah dinas tidak mikir bagaimana proses gamelan. Dalam isi hati kecilnya pengrajin gamelan, kami ini tidak membutuhkan pesanan yang banyak asalkan berjengjang dan kualitas terjaga. Misalkan jumlah gamelan jogja sudah di penuhi dan setiap RT, dan komunitas sudah mempunyai gamelan, terus pengraji gamelan kerjanya apa?

Dalam kegelisahan ini, pengrajin gamelan ingin berdiskusi dengan pemangku kebijakan, pengrajin gamelan bukan di tempatkan sebagai pedagang. Akan tetapi sebagai pendukung budaya. Selama ini pengadaan gamelan tidak bicara ekosistem alam dan tidak membicarakan ekosistem seni dan budaya di jaga. Pengadaan gamelan hanya proses pecairan uang saja.

  

Posting Komentar

0 Komentar