Tradisi Rasulan Gunung Batur Watu Suweng Masih Lestari Dimasa Pandemi


 TEPUS (Wartahandayani.com)_ Diera yang serba canggih seperti saat ini tidak luput dari apa yang sudah ditinggalkan para leluhur,kepercayaan tersebut selalu diterapkan di setiap tahun sekali diberbagai wilayah yang tersebar se Kabupaten Gunungkidul dengan cara melestarikan adat tradisi dan budaya yang ada.Minggu 21/02/2021


Seperti beberapa hari yang lalu tepat di hari Jumat legi 19 Februari 2021 warga Kalurahan Purwodadi,Kapanewon Tepus mengadakan Rasulan Gunung Batur Watu Suweng walau saat ini diseluruh penjuru wilayah sedang dilanda pandemi Covid -19


Adapun masa Pandemi Covid -19 tidak menyurutkan niat warga Kalurahan Purwodadi untuk mekestarikan adat tradisi dan budaya yang ditinggalkan para leluhur yang sudah mendahului kita



Sedikit cerita tentang Gunung Batur Watu Suweng yakni di sekitar Abad xv Sunan Kalijaga melakukan perjalanan syiar agama islam yang mengumpulkan warga di atas bukit batur ( Gunung Batur) di setiap hari jumat legi kalau hitungan jawa ( Selapan Pisan "35 hari sekali) yang mana di hari jumat adalah hari baik untuk berkumpul untuk melaksanakan sholat jumat serta di hari pasaran legi memiliki makna akan mendapatkan Rahmat,Berkah dan Barokah dari Allah SWT .


Masih kelanjutan cerita Gunung Batur yang mana disetiap berdakwah dihari jumat Sunan Kalijaga bersama-sama muridnya dan masyarakat mengadakan kenduri dengan menu makanan hasil bumi setempat yang berupa Jagung,Kacang tanah,Kedelai,disaat itu diwilayah tersebut belum ada tanaman padi.


Sajian menu makanan tersebut hingga kini sampai dinamakan Sedekah Brokohan yang kemudian secara bersama-sama melakukan makan bersama( Kembul Bujana) 


Watu Suweng sendiri memiliki cerita tersendiri yakni kenapa dinamakan watu suweng adalah tempat air dari batu berbentuk bulat yang dibawahnya terdapat lubang yang ditutup batang kayu " Kemungkinan besar adalah tempat air wudhu " hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadis ( Barang siapa yang mandi lalu berwudhu pada hari jumat lalu ia mendekat kepada imam dan diam ,maka baginya pada setiap langkah kaki yang ia langkahkan ada pahala puasa dan sholat dalam setahun ,kalimat Suweng bermakna setiap ajaran Sunan Kalijaga hendaknya didengar dan di amalkan sebagai tatanan ,tuntunan,dan titian kehidupan


Dalam acara kali ini kami berkesempatan mewawancari sesepuh Keraton Jogjakarta Raden Mas Kukuh Hertriasning yang akrab disapa Ndoro Aning menceritakan cerita tersebut



"Alhamdulillah saya merasa bangga dengan warga masyarakat setempat yang masih selalu menjaga serta melestarikan adat tradisi budaya jawa sampai saat ini,apa lagi di era Pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai"ungkapnya


Ia menambahkan bahwa dengan adanya acara tersebut harapan dan doa yang dipanjatkan kepada Tuhan YME berharap  akan selaku diberikan kelancaran dalam melakukan hal apapun,serta diberikan kesehatan untuk semua warga masyarakat dan hasil panen yang melimpah ruah


"Acara rasulan Gunung Batur Watu Suweng disetiap tahunnya memang rutin diadakan kegiatan ini dan acaranya yakni doa bersama serta makan bersama dan mengganti kain yang diperuntukan penutup salah satu Cagar Budaya Watu Suweng"tutupnya


Pihaknya menambahkan kedepanya generasi penerus tetap menjaga dan melestarikan adat tradisi dan budaya yang sudah ada sejak dulu


Dilokasi yang sama Lurah Purwodadi Sagiyanto mengatakan bahwa diwilayahnya masih terjaga akan naluri adat tradisi jawanya sehingga acara tersebut rutin dibuatnya dalam kurun waktu setahun sekali


" ini taradisi kami turun temurun dan saya sebagai pemangku wilayah wajib meneruskan tradisi ini yang sudah sejak jaman dulu ada,alhamdulillah di wilayah kami selalu terjaga dan kami lestarikan untuk adat tradisi dan budayanya serta srlalu kami sampaikan kepada para penerus kami natinya agar tetap nguri-uri tradisi ini"ujarnya


Haris

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Saya bersyukur, saya bangga ,mungkin ceritanya akan lain kalau saja kanjeng sunan kali jaga dikala itu tidak berdakwah di t

    BalasHapus