KARANGMOJO (Wartahandayani.com)_Di atas lincak sederhana terlihat lambaran busa kapuk yang sudah tipis. Di atasnya terlihat sambungan anaman bambu yang menganga. Tak ada plasteran atau bahkan keramik pada lantai rumah. Alas tanah tanpa pondasi membuat kondisi rumah ini semakin memperihatinkan.
Setiap harinya, Ngatirah (42) terbaring lemas di atas lincak tersebut. Namun, saat kami berkunjung di rumahnya di Padukuhan Grogol V (03/05), Kalurahan Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo, ia dilarikan keluarganya ke rumah sakit karena sakit kanker rahim yang diderita stengah tahun belakangan.
Sementara suami Ngatirah, Mudiyono (45) biasanya menjadi pemandu Goa Pindul tak lagi berpenghasilan karena pandemi ini. Terlebih, Mudiyono memilih untuk mengurus istrinya yang sakit parah.
Kerabat keduanya, Basuki (50) mengatakan, adiknya, Ngatirah pada 2019 lalu divonis menderita miom. Saat itu, Ngatirah mengalami pendarahan hebat. Kondisinya yang semakin parah mengharuskannya menjalani operasi.
Pengangkatan miom pada Agustus 2019 lalu berhasil, membuat Ngatirah cukup sehat dan mampu kembali beraktivitas seperti biasa. Meskipun pasangan ini tidak dikaruniai anak, namun keduanya cukup harmonis.
"Mereka memang punya tekad untuk hidup mandiri, makanya punya rumah meskipun seadanya," jelas Basuki, Selasa (06/10/2020).
Di rumah ukuran 6x6 tersebut, keduanya tinggal. Basuki menceritakan, bahkan, jika di musim penghujan air masuk ke rumah. Namun tak menyurutkan pasangan ini untuk tetap tinggal.
"Sampai setengah tahun belakangan ini istrinya sakit-sakitan penghasilannya juga mati karena pandemi, hidupnya dibantu kerabat, tetangga," imbuh dia.
Setelah setahun berselang pengangkatan miomnya, Ngatirah kembali kambuh. Tak jauh dari lokasi operasi pertama, tumbuh benjolan yang cukup besar dan membuat Ngatirah kesakitan.
Keluarga lantas mendorong Ngatirah untuk berobat. Kesana kemari mencari pengobatan, Ngatirah divonis kanker dan harus dioperasi.
"Sel kanker yang kecil-kecil itu berhasil diangkat satu toples kira-kira pas itu dikumpulkan," jelas Basuki.
Namun, di tengah menjalani operasi, saat dokter hendak mengangkat sel yang berukuran besar, cucuran darah menyembur. Pendarahan hebat mengharuskan operasi harus berhenti.
"Perutnya dijahit lagi, dan muncul permasalahan baru," ujar Basuki.
Sejak Agustus hingga saat ini, sel kanker yang tumbuh di rahim Ngatirah menjumbul ke luar. Membelah jahitan operasi. Bisa dikatakan, perutnya menganga.
"Setiap tiga hari sekali, Ngatirah bolak-balik ke Puskesmas untuk mengganti perban, seminggu sekali kontrol ke Sardjito," papar Basuki.
Hingga pagi tadi, Ngatirah harusnya ke RSUP dr Sardjito untuk kontrol. Namun, kondisinya makin parah. Tak bisa lagi berbicara dan menggerakkan badannya.
"Dia bersama suami dibawa saudara dan kerabat ke RSUD Wonosari untuk mendapatkan bantuan," tukas Basuki
0 Komentar