Tren Fashion Kian Berkembang, Danik Kembangkan Cuilan Lurik Jadi Pakaian Modis

 

GUNUNGKIDUL (Wartahandayani.com)_Tren fesyen di Indonesia semakin berkembang. Inovasi terus dilakukan para pegiat fesyen untuk merebut hati para pecintanya. Semakin nyentrik pakaian justru semakin digemari.

Tak lain dengan keberadaan kain tenun. Jika di era lalu kain tenunl kebanyakan dijadikan pakaian dengan model itu-itu saja, saat ini modifikasi dari kain tenun itu sendiri menambah khasanah fesyen di Indonesia. Di era ini, kain tenun memang kian digemari oleh sebagian besar konsumen sandang di Indonesia. Keestetika bentuknya, menjadikan tenun kian dilirik di pasar tekstil Indonesia.

Berangkat dari peluang ini, Sri Handayani, warga Sumberan, Tancep, Ngawen Gunungkidul menjadikan cuilan kain tenun dikombinasi dengan berbagai macam jenis kain maupun lurik untuk dibuat baju, tas, celana ataupun rok.

  • "Awalnya saya cuma mengupload foto baju bikinan saya yang saya kombinasi dengan cuilan cuilan lurik di media sosial saya, banyak yang komen wah bagus," kata perempuan yang sering dipanggil Dani ini, Rabu (23/9).

Berbekal dari ketertarikan rekan-rekannya, ia memberanikan diri untuk mulai menjadikan selera busananya ini sebagai lahan bisnis. Ia tidak menyangka, kain tenun yang bahkan hanya bewujud perca dikombinasikan pada baju, celana maupun tas kian digemari.

"Aku bekerja sama dengan beberapa penjahit di dekat rumah, jadi aku buat berdasarkan order dengan menyesuaikan ukuran tubuh customernya. Dijamin baju produksi saya limited tidak ada yang menyamai," kata dia lebih lanjut.

Saat pembuatan baju, dikatakan Dani, satu per satu ia mengukur baju dari para pelanggannya. Kemudian ia menggambar design yang cocok dengan postur para pelanggan. Setelah itu,  ia menggandeng penjahit di sekitar tempat tinggalnya untuk membuat pakaian.

  • "Ya itung-itung saya ngasih kerjaan ke orang-orang di sekitar saya, saling menguntungkan. Sekarang ini karena orderan lumayan banyak menjelang kartinian saya kerja sama dengan 3 orang penjahit," jelasnya.

Dalam berbisnis yang tergolong unik, karena mengombinasikan perca kain tenun, ia mengaku pernah rugi. "Dulu saya belum ketemu penjahit handal pernah rugi karena jahitannya tidak sesuai dengan permintaan saya dan customer, tapi saya anggap ini hal yang biasa dalam berbisnis," jelasnya.

Ia mengaku, dalam satu tahun belakangan ini orederan baju hasil karyanya yang ia labeli Nik Nok Unique ini tidak pernah sepi pembeli. "Saya sudah jalan satu tahun, orderan ada saja. Saya syukuri omzetnya pernah lebih dari 10 juta padahal ini sampingan saya saja," akunya.

Terpisah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Johan Eko Sudarto mengapresiasi munculnya IKM fesyen di Kabupaten Gunungkidul. Kedepannya, ia terus mendorong para pegiat fesyen terwadai dan mampu mengambil hati para wisatawan.

  • "Jadi misalnya ada produk baju khas Gunungkidul yang nantinya akan dijadikan oleh-oleh wisatawan sepulang berwisata, ini peluang yang cukup baik untuk masyarakat," tuturnya beberapa waktu yang lalu. 

Posting Komentar

0 Komentar