Paceklik Culture Festival:Mengembalikan Seni Kerakyatan ke masyarakatnya

kesenian srandul

Kehadiran Paceklik Culture Festival di  Gunungkidul ia acara yang kecil dan tidak jelas. Bukan hanya itu pengambilan nama Paceklik pun menjadi perbincangan. Bagi, ketua pelaksana memang paceklik ini acara tidak jelas, kalau dilihat dari konsep pertunjukannya pun berbeda dari yang lain. Sebagaimana acara-acara besar di Yogyakarta di pusatkan ke pusat kota yogyakarta, bahka di alun-alun kabupaten, pusat perekonomian pasar, hotel dan tanam budaya. Ini paceklik culture festival diadakan di tingkat Rt, Pedukuhan, dan Kalurahan. Bukan hanya tempat saja yang menjadi berbeda, event besar menempatkan eventnya di pusat kota untuk penggait penonton secara massal. Kalau paceklik culture tidak begitu mengejar penonton massal dan objek pariwisata, cukup event paceklik culture festival ini hidup di masyarakat dan dijaga oleh masyarakat.

https://www.wartahandayani.com/2020/09/protokol-kesehatan-paceklik-culture.html?m=1

Paceklik culture festival ini kami selenggarakan, untuk mengembalikan seni itu kepada masyarakat. Memang sejauh ini, di daerah Yogyakarta mempunyai ciri khas kesenian, diantaranya kesenian menak atau kesenian yang hidup di dalam kraton dan kesenian kerakyatan yang hidup di masyarakat. Nah, paceklik ini fokus bagaimana kesenian kerakyatan ini di jaga oleh masyarakat sekitar, dan bagaimana masyarakat itu menjadi pendukung kesenian itu. Makanya event paceklik culture ini kita pertunjukan di tengah masyarakat, karena tujuan kami hanya ingin kesenian ini tumbuh di masyarakat dan di jaga oleh masyarakat. Dari tujuan ini pun, menurut Anathasia Cita selaku ketua pelaksana, masyarakat Gunungkidul bisa menjaga keseniannya tanpa konsep kekinian atau mengikuti arus populer. Anathasia Cita, seni rakyat itu sudah maju. Jadi, biarkan kemasan pertunjukan artistik, kostum secara natural jangan di ada-adakan, kalau kita memaksakan kesenian kerakyatan itu harus mengikuti kemaun vendor acara ya kesenian itu kasian. Secara kemampuan, pengetahuan tidak bisa, vendor acara menekan, ya kesenian itu prustasi. Bahkan bisa punah. Disinilah akar masalahnya yang muncul di kesenian rakyat. bisa-bisa kedepannya kesenian kerakyatan diperkosa oleh kebutuhan.


https://www.wartahandayani.com/2020/09/pembukaan-sarasehan-budayapaceklik.html?m=1

Sejauh ini kesenian rakyat itu lagi prustasi dengan standar pertunjukan event di Yogyakarta. Bahkan kesenian lokal di yogyakarta tidak mempunyai ruang-ruang pertunjukan. Kesenian lokal ini hidup secara menggantukan pada event tingkat kalurahan. Sebagimana kesenian kerakyatan ini secara estetika pertunjuakn apa yang mau dijual? Secara pengisi acara tidak mempunyai latar belakang pendidikan seni, secara umur usia lanjut, secara bakat tidak ada, secara kemasan pertunjukan kurang terkemas, bahkan kostum dan alat musik pun kurang memadai. Tapi bagi Paceklik itu tidak menjadi masalah. Yang menjadi penting bagi Paceklik Culture Festival semangat masyarakat itu untuk melestarikan budaya tanpa pamrih. Bahkan setiap pertunjukkan dalam paceklik culture festival secara kostum penampilan tidak pernah menekan kepada pengisi acara. Biarkan mereka berekspresi dengan keadaan yang ada. Bahkan selama pendokumentasian paceklik culture festival, antusias masyarakat besar untuk mengikuti acara ini, tapi apa daya paceklik culture festival bukan malaikat kesenia tenaga dan peratan terbatas hanya bisa membantu sedikit dalam memeriahkan seni ditengah masyarakat Gunungkidul.


Wawan Kurniawan 

Ketua Sekar Nyentrik

Posting Komentar

0 Komentar