Politik Hak Sipil, Copot Dulu Seragam Dinasmu

WONOSARI,(WH) - Politisi muda PDI Perjuangan Kabupaten Gunungkidul FX Endro Tri Guntoro, menilai tahun politik Pilkada Gunungkidul 2020 menjadi kesempatan emas bagi masyarakat sipil tampil sebagai pemimpin,  khususnya wajah baru kalangan anak muda.

"Ayo kesempatan emas ini segera direspon masyarakat sipil dan anak muda. Jika tidak anak muda tidak bergerak, peluang emas ini pasti akan diambil kelompok tua," kata Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Gunungkidul ditemui di salah satu gerai kopi di  Wonosari, jum'at (6/9) malam.

Menurut Endro, munculnya beberapa nama dari kalangan militer disebut-sebut akan ikut mengincar kursi kepemimpinan Gunungkidul saat ini sebagai politik yang memalukan dan jauh dari etik politik. Apabila tidak mendapat ketegasan, politik akan menabrak politik moral. Pasalnya, politik telah menjadi hak masyarakat sipil bukan kelompok militer aktif baik status aktif TNI maupun Polri. Perlu etika politik yang harus terus dijaga semua pihak di proses politik berjalan saat ini. Baik dari pemimpin partai politik, dan politisi sendiri, hendaknya ikut memberikan teladan sikap yang baik kepada masyarakat dalam menjaga moral etika ber-demokrasi.

"Siapapun itu jangan malah melakukan pembusukan politik dengan menabrak etika politik etika demokrasi. Apalagi sampai menyingkirkan hak masyarakat sipil di kancah perpolitikan Gunungkidul dengan _ngeteng-eteng_ TNI/Polri yg minat tapi masih status aktif," ungkapnya.


Ia mengatakan, kalau benar saat ini ada tokoh dari latar belakang TNI atau Polri minat ikut mengincar kursi kepala daerah Gunungkidul, hendaknya ikut menjaga etik politik dengan minta mencopot dan membereskan seragam kemiliteran yang masih melekat dan menjadi status.masyarakat sipil dulu.

"Selesaikan statusnya yang disandangnya dulu. Baru keluar masuk ke partai politik untuk melakukan menjajakan. Minimal, tidak melukai Korp yang disandang dan harus dijaganya. Apalagi sampai membolos meninggalkan tugas dinas hanya demi merebut ruang pencitraan kesana kesini. Jelas tidak etis dan menunjukkan tidak disiplin pada sumpah dan janji prajurit dimana TNI Polri adalah institusi yang netral," sentil aktivis getol menyuarakan hak-hal sipil.

Endro mengaku tidak alergi munculnya beberapa calon kandidat berlatar belakang TNI maupun Polri ke panggung politik pilkada Gunungkidul yang nampak mulai hangat diperbincangkan. Hanya saja, ia minta selesaikan dulu status prajurit aktif dengan mengundurkan diri secara resmi jadi masyarakat sipil, barulah masuk ke dunia politik.

Pilkada Gunungkidul saat ini menurut Endro masih sepi dari peminat kalangan kalangan muda. Padahal dari pengamatannya, beberapa anak muda saat ini sudah mulai terbangun kesadaran terlibat masuk parpol dan masuk struktur kepengurusan parpol di Gunungkidul. Harusnya, sinyal ini menjadi kesempatan emas kalangan muda baik aktivis organisasi kepemudaan, akademisi, politisi, hingga pekerja sosial dan pekerja pemberdayaan masyarakat untuk merespon cepat.(Hari)

Posting Komentar

0 Komentar