Paguyuban ini dibentuk dengan tujuan utama melestarikan budaya Jawa, terutama seni karawitan yang selama puluhan tahun dinilai mulai tenggelam ditelan perkembangan zaman, khususnya di kalangan remaja.
Ketua Paguyuban Bolomudho Iromo, Jati Kuncoro, yang lebih dikenal masyarakat dengan sapaan Om Zhakilla, didampingi Ketua II Mas Eghajuan, menyampaikan bahwa gagasan mendirikan paguyuban karawitan ini telah dipupuk sejak beberapa tahun lalu. Impian untuk memiliki dan memainkan gamelan Jawa akhirnya terwujud sekitar dua minggu lalu dengan meminjam seperangkat gamelan dari desa sebelah.
“Alhamdulillah, berkat latihan yang gigih dan rutin dari anak-anak SMP hingga SLTA setiap malam, paguyuban ini akhirnya bisa di-launching sekaligus diresmikan,” ujar Om Zhakilla.
Peresmian paguyuban dilakukan oleh Purwanto, Lurah Desa Natah (Lurah PJ), serta disaksikan oleh Sarno, Kepala Dukuh Natah Wetan. Acara tersebut mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Warga tampak memadati area bale padukuhan untuk menyaksikan penampilan perdana karawitan Bolomudho Iromo. Bahkan, antusiasme juga datang dari mahasiswa KKN Duta Bangsa Surakarta yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Adapun jadwal latihan karawitan Paguyuban Bolomudho Iromo ditetapkan sebagai berikut:Remaja: setiap malam SabtuBapak-bapak: setiap malam Senin Ibu-ibu: setiap Rabu sore
Dalam sambutannya, Lurah Natah, Purwanto, mengaku bangga atas kepedulian generasi muda di era Generasi Alpha yang masih memiliki kemauan kuat untuk melestarikan budaya gamelan Jawa.
“Ini patut diapresiasi. Selain sebagai hiburan, seni karawitan juga bisa menjadi terapi kesehatan. Penyembuhan penyakit tidak hanya mengandalkan obat dari dokter, tetapi juga terapi diri, salah satunya dengan tersenyum minimal 22 kali sehari dan menghibur diri melalui berkesenian,” tutur Lurah Natah.
Dengan hadirnya Paguyuban Karawitan Bolomudho Iromo, diharapkan seni budaya Jawa, khususnya karawitan, tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda sebagai identitas dan kekayaan budaya bangsa.



0 Komentar