Dengan jadwal kuliah yang berlangsung setiap Sabtu dan Minggu, Yuni memanfaatkan hari-hari biasa untuk menekuni kegiatan produktif. Terinspirasi dari mata kuliah Kewirausahaan Santri, ia mulai menumbuhkan semangat berbisnis yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga kemandirian dan kebermanfaatan bagi orang lain.
“Dari mata kuliah itu saya sadar, wirausaha bukan hanya soal uang, tapi soal nilai, inovasi, dan manfaat untuk sesama,” ujar Yuni dengan semangat.
Berawal dari kecintaannya pada minuman segar dan menenangkan, Yuni memilih untuk membuka usaha minuman berbasis matcha. Setelah melakukan riset dan perbandingan, ia memutuskan bergabung dalam kemitraan Matcha Bar yang berpusat di Surakarta, Jawa Tengah.
Menurut Yuni, langkah ini menjadi cara cerdas untuk belajar dari sistem bisnis yang sudah mapan, sembari tetap mengembangkan karakter dan cita rasa khas sendiri.
Yang membanggakan, seluruh modal usaha sebesar Rp6,5 juta berasal dari hasil tabungannya sendiri. Uang itu ia gunakan untuk membeli perlengkapan, bahan baku, dan menyewa stand di Besole, Wonosari, dengan biaya sewa sekitar Rp180.000 per bulan. Lokasi strategis di pinggir jalan utama dipilih agar mudah dijangkau oleh pelanggan.
“Rasanya luar biasa bisa memulai dari nol dengan hasil tabungan sendiri. Ini bukan cuma tentang jualan, tapi juga tentang membangun mimpi,” tuturnya.
Kini, usaha miliknya yang diberi nama Matcha Bar Wonosari mulai menarik perhatian masyarakat, terutama kalangan muda yang gemar minuman kekinian. Selain rasa matcha yang lembut dan menyegarkan, konsep usaha Yuni juga membawa semangat kemandirian santri dan nilai-nilai ekonomi syariah yang ia pelajari di bangku kuliah.
Ke depan, Yuni berharap Matcha Bar Wonosari bisa terus berkembang dan membuka lapangan kerja bagi teman-teman santri lainnya.
“Insyaallah, saya ingin usaha ini bukan cuma untuk saya sendiri, tapi bisa jadi jalan rezeki dan inspirasi bagi banyak orang,” pungkasnya.


0 Komentar