Dijelaskan oleh Lurah Sidoharjo, menyampaikan bahwa upacara adat nyadran merupakan acara tahunan yang dilaksanakan oleh dua padukuhan. Tujuannya sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, selama setahun kegiatan kegiatan berjalan lancar.
“Untuk kegiatan Nyadran tahun ini menggunakan dana ABPkal 2024 yang sudah kita rencanakan sebesar Rp 70 juta,”kata Evi.
Selain wujud rasa syukur, warga juga berharap hujan segera turun dan warga masyarakat yang bertani bisa melaksanakan kegiatan pertaniannya.
“Sudah sekitar satu minggu ini tidak hujan, berharap hujan segera turun dan petani bisa beraktivitas bercocok tanam” jelasnya Evi.
Dijelaskan lebih lanjut, tradisi nyadran ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah doa, tumpeng yang berisi berbagai hasil bumi untuk dilarung ke laut. Tradisi ini sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai upaya untuk memohon keselamatan dan keberkahan di masa mendatang.
Selain melarung hasil bumi, acara nyadran juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan budaya, pentas seni kethoprak, Jathilan dan puncaknya adalah nanti malam kesenian Ledek.
“Karena kegiatan ini sudah menjadi tradisi selain tumpengan juga ada pentas seni, nanti malam ada pertunjukan kesenian Ledek,” imbuhnya.
Sementara itu Tim Monitoring Kalurahan Budaya, Cb Supriyanto, mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi atas terlaksananya upacara adat Nyadran.
Ia berharap warga menjaga dan melestarikan Nyadran yang merupakan adat tradisi warisan leluhur.
“intinya upacara adat itu warisan leluhur yang tidak boleh berhenti seperti di Keraton sekatenan itu tidak berhenti, karena ini warisan leluhur yang wajib dilestarikan,” tutupnya.
Bowo
0 Komentar