GUNUNGKIDUL ( Wartahandayani.com)_Gambaran masyarakat umum berbicara lukisan itu indah. Cara menggambarkan keindahan lewat lukisan itu juga kita temukan pada lagu Widuri yang dinyayikan Bob Tutupoli. “Widuri, indah bagai lukisan”, begitu bunyi lirik lagu yang populer di masyarakat, yang memberikan pandangan pada masyarakat luas bahwa lukisan itu indah.
Pergeseran karya seni rupa tentunya hari ini mulai bergeser ke arah yang berbeda, bahkan beda dengan lagu yang populer Bob Tutupoli, mungkin di masa itu lukisan sebagai bentuk keindahan. Kenapa saat ini lukisan mempunyai bahasa yang beda dan bahkan muncul bahasa-bahasa baru dalam mengindentitaskan karyanya. Yang jelas di arus teknologi seni rupa banyak yang berbeda dari berbicara keindahan pemandangan yang melukiskan hutan yang asri dengan aneka warna hijau, yang hari ini bergeser kearah realitas berbeda. Mungkin di zaman Basoeki Abdulah lukisan keindangan sebagai karya populer di masanya. Bahkan hampir setiap karya Basoeki Abdulah berbicara keindahan, tidak heran yang maestro Basoeki Abdulah bapaknya keindahan.
Berbicara sosok Basoeki Abdulah sama dengan berbicara keindahan yang memperaktekan beautifikasi menjadi kebanggannya. Bahkan Basoeki Abdulah sering berbicara dalam lukisannya hidup pada dasarnya bertujuan untuk mencari kebahagian, dan salah satu sumber kebahagian adalah kenikmatan atau rasa senang. Dengan karya-karya ini pula ia mampu membuat banyak orang ikut merasa senang. Jadi prinsipnya keindahan yang menimbulkan rasa senang bukan hanya dicapai saat ia selesai menyerap objek menjadi imajinasi dan menuangkan imajinasi ke dalam kanvas, melainkan efek sosial budaya setelah lukisan itu beresar di masyarakat.
Realis-naturalis di masa Basoeki Abdulah menjadi sentral dalam teknik representasi bagi orang kebanyakan. Apakah realis-naturalis dimasa teknologi fotografi mulai redup? bahkan karya lukisan saat ini lebih pada suatu makna dan petandanya.
Tujuan dan sekaligus pengantar tulisan “Dialog Ralitas Sang Perupa Joko” dengan membicaran lukisan Basoeki Abdulah ingin membicaran seni rupa sebelum teknologi fotografi dan sesudah teknologi fotografi. Dalam penjelasan ini, ingin memberikan gambaran Basoeki Abdulah sebelum teknologi fotografi. Yang mempunyai karya keindahan dan realis-naturalis. Sedangkan Joko berbicara karya dimasa teknologi fotografi.
Bercerita seni rupa dimasa teknologi photografi menjadi tantangan bagi perupa, jika kita berkarya pada keindahan alam photografi di Handphone lebih bagus dan cepat. Jika kita berbicara visual art di corel draw lebih bagus dan cepat prosesnya. Yang bisa dipertahnkan dalam seni rupa di masa photografi ruang dialog dan prosesnya.
Karya yang berbicara proses dan ruang dialog yang bisa kita tenui dalam karya Tri Joko Purnomo. Fenomena karya visual & Performing art dimasa sekarang sudah mulai banyak yang bermunculan, baik berkolaborasi dengan musik, menari, dan bahkan pementasan wayang. Yang menarik dengan karya Tri Joko Purnomo ia berbicara berbagai makna baik visual Performing art dan ruang dialog. Inilah karya yang menjadi identitas tersendiri.
Awal pertama mengenal perupa Tri Joko Purnomo pada saat event Padepokan Parukuyan, Bandung bebarengan dengan acara ruwatan bumi agung. Bagi masyarakat dan budayawan Bandung Jawa Barat Tri Joko Purnomo sebagai sosok perupa yang menghapus batas budaya dengan karya seninya, tidak heran pada acara ruwatan bumi agung Tri Joko Purnomo melukis sosok harimau, sebagiman harimau bagi masyarakat Sunda sebagai hewan sakral yang mempunyai filosofi.
Eksplorasi dan Ruang Dialog Publik
Tri Joko Purnomo dalam karya seni rupanya sering mengedepankan eksplorasi dan dialog publik. Pada awal pembuatan karya Tri Joko Purnomo selalu mendepankan eksplorasi sebagai bahan karya seni rupa, bahan ini bisa kita amati baik dari makna, identitas, sejarah, bahkan fenomena masyarakat sekitar.
Tidak heran di setiap tempat dan waktu karya Tri Joko Purnomo selalu berubah dan mempunyai makna yang berbeda, karena eksplorasi yang menentukan tempat.
Visual & Performing art Tri Joko Purnomo salah satu pertunjukan yang mendebarkan bagi penonton, karena dalam pertunjukan ini penonton dibawa dalam suasana pertunjukan. Yang menjadi menarik ia hasil lukisannya. Lukisannya hasilnya jadi apa? Ini lah yang dipertanyakan bagi penonton saat menonton Visual & Performing art Tri Joko Purnomo. Dari setiap gerakan sang pelukis menjadi tanda tanya dan harapan jadinya apa lukisan ini, tidak heran fokus mata penonton pun tidak pernah lepas dari gerakannya, tidak heran setiap goressan dan warna selalu fokus utama bagi penonton, dengan waktu yang sangat singat penonton pun tidak bosan dalam pertunjukan ini. Malah memberikan rasa dan pengalaman yang berbeda.
Pengalaman yang berbeda dalam Visual & Performing art Tri Joko Purnomo ialah ruang dialog publik. Dimana saat ini ruang dialog publik sangat terbatas, bahkan setiap karya seni mempunyai ruang dialog yang tertentu tidak sembarangan orang masuk dalam dialog ini.
Yang menariknya ruang dialog publik dalam karya Visual & Performing art Tri Joko Purnomo justru terbuka bagi masyarakat umum. Akhir dari pertunjukan Visual & Performing art Tri Joko Purnomo selalu memberikan pertanyaan kepada penonton atau tamu tentang hasil karya lukisannya. Ini lukisan apa? Makna lukisan ini apa? Ini pertanyaan yang menarik bagi saya, yang memberikan dialog publik, untuk terjun masuk dalam karyanya. Bahkan Tri Joko Purnomo tidak segan mempertanyakan tema dan makna lukisan ini apa, silahkan bangun tema secara pribadi.
Tafsir seni rupa atau memberikan tema pada karya seni rupa menjadi menarik bagi penikmat seni rupa. Tidak heran karya seni rupa yang mahal bukan lukisannya, akan tetapi latar belakang lukisannya dan ruang dialognya. Karena bagi saya seni rupa ialah ruang dialog yang harus di jaga dan pertahankan, karena kekayaan seni rupa ialah dialog seperti karya Visual & Performing art Tri Joko Purnomo.
Wawan Kurniawan
Kurator Kalahari Art & Resto
0 Komentar