BPBD Bekali Tim Tanggap Bencana Rayon Gunungkidul


WONOSARI(Wartahandayani.com)_Kamis (05/03/2020) Keuskupan Agung Semarang (KAS) melalui Yayasan Karina membantu tenaga relawan untuk kesiapsiagaan Pemkab Gunungkidul. Tercatat ada sebanyak 35 personil terwadai dalam nama Tim Tanggap Bencana Rayon Gunungkidul untuk melayani masyarakat luas menjadi mitra dengan Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Gunungkidul.

Kerjasama gereja katolik Rayon Gunungkidul dengan Pemkab ditandai dengan komitmen bersama kedepan untuk saling menjalin kerjasama sinergis untuk kesiapsiagaan penanganan kebencanaan dan pengurangan resiko bencana.

"Kami menyambut baik adanya relawan kebencanaan yang muncul secara mandiri seperti ini. Ini salah satu wujud kesadaran masyarakat untuk mulai memahami pentingnya pengurangan resiko bencana," kata
Seksi pencegahan kebencanaan BPBD Gunungkidul, Agus Wibawa Aifiyanto, dalam pelatihan dasar kebencanaan di Aula Ignasius Loyola, komplek gereja Paroki Petrus Kanisius, Wonosari, Kamis (5/3).


Agus berharap tambahnya komunitas relawan peduli kebencanaan untuk Gunungkidul ini akan semakin mewujudkan kesiapan Gunungkidul dalam gerak penanganan kebencanaan kedepan akan semakin terpadu dan tangguh.

Ia mengakui, selama ini memamg sudah ada komunitas relawan yang bersinergis kerja kemanusiaan bersama BPBD Gunungkidul. Akan tetapi, masih banyak kebutuhan sumber daya manusia yang lebih beragam ketrampilan dari relawan, mulai dari urusan posko dapur umum, evakuasi korban, hingga media komunikasi dan teknologi informasi. Menurutnya, relawan untuk kebutuhan konseling untuk tahap pemulihan traumatik korban bencana saat ini masih sangat minim.

"Semoga kehadiran relawan Karina Rayon Gunungkidul ini nanti juga bisa menjawab kebutuhan pemulihan pasca bencana untuk korban yang memang minim kita miliki," ujar Agus.

Dengan menghadirkan relawan dalam kerja Tim Reaksi Cepat (TRC) diwakili Surisyanto, BPBD Gunungkidul berkesempatan ikut membekali pengetahuan kebencanaan relawan yang baru terbentuk 2019 lali. Materi dari mulai bab regulasi hukum dan peraturan, hak dan kewajiban relawan, pola komunikasi relawan dengan Pemkab, hingga karakteristik dan peta bencana daerah disampaikan untuk menambah kapastas ketrampilan relawan dari tiga paroki di Kabupaten Gunungkidul yakni Paroki Santo Petrus Pulus Kelor, Paroko Santo Yusuf Bandung, dan Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari.

Direktur KARINA KAS, Romo Martinus Sutomo Pr, mengatakan, keberadaan KARINA ada di setiap Keuskupan yang spesifik bergerak melayani bidang kebencanaan ditengah masyarakat. Dalam gerak pelayananan kebencanaan dibutuhkan kerja sama sinergis dengan pemerintah baik kabupatem, kota maupun level provinsi.

Pastor akrab dipanggil Romo Tomo ini menegaskan kerja relawan kebencanaan tidak hanya menunggu adanya bencana datang, apalagi kejadian tersebut tidak diharapkan oleh semua pihak. Akan tetapi, penyadaran masyarakat sejak dini sebagai program pengurangan resiko yang harus dillakukan sedini mungkin menyasar semua elemen masyarakat dari usia anak-anak, remaja, orang muda hingga oramg tua melalui edukasi dan sosialiasi.

Pihaknya akan terus menggandeng BPBD Gunungkidul serta komunitas relawan yang lain untuk bekerja sama membekali ketrampilan relawan rayon yang dirintisnya secara bertahap agar nanti bisa membantu tugas kemanusiaan untuk masyarakat di Gunungkidul. Di Keuskupan Agung Semarang, Yayasan Karina KAS telah merintis berdirinya empat kelompok relawan yakni dua kelompok lingkar merapi, komunitasi relawan kebencanaan di Solo Jateng, dan  di Gunungkidul ini.

Aloysius Danang Mujiantoro selaku koordinator, menambahkan, selama berdiri 1 tahun relawan rayon berkiprah telah memulai layanan kebencanaan mencakup bencana krisis air bersih tahun 2019. Terdapat sekitar 500 tanki air bersih telah disalurkan untuk masyarakat Gunungkidul di puluhan desa di kecamatan Panggang, Gedangsari, Rongkop, Tepus, Ponjong, Karangmojo.

Beberapa romo dari tiga paroki ikut hadir mengikuti kegiatan bersama BPBD Gunungkidul diantaranya pastor Romo JB Clay Pariera SJ, Romo Andri Pr,  Romo Cahyo Handoko Pr, dan Frater Arif.

Red

Posting Komentar

0 Komentar