Sekolah Kebhinnekaan Gunungkidul III, Latih Anak Muda Lintas Agama Terampil Bergaul


PALIYAN,(WH) – Remaja dan anak muda utusan dari berbagai agama mengikuti kegiatan Sekolah Kebhinnekaan Gunungkidul diselenggarakan di Pondok Retret Selogiri Komplek Gua Maria Tritis, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Sabtu dan Minggu 24-25 Agustus 2019.

Kegiatan Sekolah Kebhinnekaan Gunungkidul angkatan III Tahun 2019 sejak pertama kali dilaksanakan sejak 2017 untuk membekali ketrampilan bergaul ditengah keberagaman dan mendidik untuk terampil merawat toleransi ditengah masyarakat yang majemuk.

Kepala Sekolah Kebhinnekaan Gunungkidul Angkatan III, H. Lutfi Kharis Mahmud mengatakan, arus informasi yang berkembang pesat saat ini relevan untuk dibangun pemahaman yang baik pada diri anak muda agar makin terampil merawat toleransi dan perdamaian lintas agama dan kepercayaan.

“Paling mendasar untuk bisa kami lakukan bersama tokoh lintas agama untuk para generasi muda adalah menanamkan agar tidak menduakan dasar negara. Pancasila harus mendarah daging pada diri kita dan perbuatan anak muda ditengah berbagai ancaman dan godaan,” kata Lutfi pada pembukaan kegiatan, Sabtu (24/8).

Ketua GP Anshor NU Kabupaten Gunungkidul yang kali ini didapuk Kepala Sekolah Kebhhinekaan Gunungkidul di Angkatan III Tahun 2019 ini menyatakan, kegiatan Sekolah Kebhinnekaan Gunungkidul menjadi khas kegiatan lintas agama di Kota Handayani dilaksanakan secara mandiri atas inisiatif lintas organisasi keagamaan.

Setiap tahun GP Anshor NU, Klasis GKJ, Rayon Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius, Majelis Budhayana Indonesia, Parisadha Hindu Darma Indonesia, Fatayat NU, Badan Kerja Sama Gereja Kristen, Jamaah Ahmadiyah Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang ada di Kabupaten Gunungkidul mengirimkan peserta sekaligus tenaga fasilitator untuk pembelajaran di kelas dan lapangan.

Lutfi menambahkan, kegiatan sekolah informal anak muda lintas agama ditujukan menjawab  kebutuhan anak muda untuk terampil toleran dalam membangun persaudaraan lintas agama secara lahir batin yang selama ini cenderung masih bersifat teoritis. Berbagai pengalaman baik tentang toleransi, pemahaman yang benar menghadapi kemajemukan agama dan kepercayaan, hingga praktik langsung bergaul dengan lintas agama. Pola kegiatan sekolah kebhinnekaan Gunungkidul yang mulai diadopsi beberapa kabupaten dan kota lain cukup unik dalam pelaksanaan setiap angkatan.

Peserta menginap atau ‘live in” di rumah-rumah ibadah secara bergiliran dari mulai gereja, pura, pondok pesantren, dan vihara, untuk semakin memperkaya pengalaman hidupnya.

Fasilitator Sekolah Kebhinnekaan, Albertus Wahyu Widayat, mengatakan, ada beberapa materi pokok dan cukup mendasar yang harus dilalui para peserta utusan semua komunitas agama sampai dinyatakan lulus, seperti ; Teori Identitas, Pengelolaan media sosial sebagai alat kampanye keberagaman, pemahaman Pancasila dan Konstitusi, perjumpaan dan dialog tokoh agama, Dasar resolusi konflik, Pengelolaan keberagaman dengan pendekatan hak asasi manusia beragama, Membangun komunitas keberagaman dan berbagai pembelajaran memperkuat keberagaman Indonesia. Berbagai pihak digandeng Sekolah kebhinnekaan Gunungkidul seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarya, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), ANBTI, Forum Lintas Iman, dan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Gunungkidul.

“Senang bisa ikut kegiatan ini saya makin tambah teman lintas agama dan rasa penasaran cara ibadah agama lain akhirnya terjawab,” kata Rini Krisnawati, kader IPPNU peserta utusan dari PCNU Gunungkidul yang mengaku terkejut penampilan paduan suara katolik menyanyikan lagu “Yalal Wathon” yang selama ini digelorakan umat Nahdliyin.

Pembukaan kegiatan live in di komplek Gua Maria Tritis dibuka dengan prosesi pelapasan burung merpati melambangkan perdamaian yang dilepas tokoh agama yakni Bante badra Sugato, K.H. Bardan Ustman, M.Pd.I, Agustinus YB Pramono, S.Th, M.Pd, Frater Stefanus Arif, Purwanto,dan pejabat Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul, perwakilan Koramil Paliyan, Polsek Paliyan, Camat Paliyan, Pemerintah Desa Giring, dan Pengurus Pengelola Tempat Ziarah Gua Maria Tritis.(Endro)

Posting Komentar

0 Komentar