Umat Katolik Gunungkidul Sambut Sikap NU


WONOSARI,(WH) - Sikap dan keputusan PBNU hasil rapat pleno Munas Ulama melarang penyebutan istilah kafir bagi umat Non Muslim mendapat sambutan positif kalangan umat katolik. Umat katolik menilai rekomendasi tersebut membuktikan totalitas NU sebagai ormas yang relevan mengembangkan silaturahmi persaudaraan antar umat beragama.

Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, FX Endro Tri Guntoro, menilai, sikap NU tersebut sangat membantu umat katolik dan umat non-islam untuk semakin mengetahui siapa saudara sejati dalam rasa hormat menghormati keberagaman budaya dan antar pemeluk agama di Indonesia.

"Nyata, NU ini ormas keagamaan yang bisa menjalin persaudaraan sejati ditengah hidup dalam kemajemukan ini," katanya disela menghadiri koordinasi persiapan hari raya paskah 2019.

Menurut Endro, sikap NU tersebut tepat dan dibutuhkan bagi umat non-islam yang selama ini merasa tersudutkan dengan istilah "kafir" yang dirasa kurang mengenakkan. Padahal umat beragama kristen, hindu, budha, kongkucu, katolik, juga penghayat kepercayaan selama ini memang memiliki iman akan kepercayaan terhadap Tuhan juga memiliki kitab suci sebagai ajaran dan tuntutan hidup yang sama-sama bertujuan menciptakan kebaikan.

"Inilah kemudian umat non-islam pun merasa turut memiliki NU sebagai ormas yang perannya harus terus diperkuat sebagai kekuatan keberagaman di Indonesia. Semoga pandangan moderat NU ini bisa mengakar sampai tingkat kader dan umat di desa-desa," ujar Endro hampir lima tahun sebagai pelaksana Tim Kerja Hubungan Antaragama dan Kepecayaan (HAK) gereja katolik di Gunungkidul.

Hubungan harmonis umat nahdiyin dengan umat non-islam di Gunungkidul selama ini diakui telah terjalin baik dan amat terasakan. Peran Banser sebagai representasi dari ormas NU sampai saat ini masih amat dirasakan kesetiaannya menjaga keamanan di hari raya umat agama lain. Kegiatan tersebut murni kesadaran dan tanpa diminta umat agama lain yang patut diteladani sebagai konsistensi mewujudkan persaudaraan sejati lintas agama yang dilakukan tanpa banyak kata.

Ia menyatakan dalam waktu dekat ini perwakilan umat katolik Gunungkidul melibatkan ormas katolik seperti ISKA, WKRI, Pemuda Katolik, berencana ingin dapat diterima beraudiensi dengan jajaran pengurus PCNU Gunungkidul sebagai bentuk silaturahmi balasan.



Menurut Endro, umat non-islam termasuk Katolik, selama ini dipertemukan dalam satu kegiatan bersama yakni jejaring persaudaraan lintas agama di Gunungkidul. Komunitas bernama Forum Lintas Iman Gunungkidul yang berkiprah hampir 12 tahun sebagai rumah bersama. Di dalam FLI juga terdapat tokoh-tokoh muda Lesbumi NU. Tak hanya itu, Sekolah Kebhinekaan Gunungkidul yang masih eksis mengkader anak-anak muda dari lintas telah mengahsilkan dua angkatan dalam dua tahun berjalan. Kegiatan ini komitmen dan rutin diselenggarakan lintas ormas keagamaan seperti Klasis GKJ, BKS Gunungkidul, GP Anshor NU, Fatayat NU, Pemuda Katolik, Majelis Budhayana Indonesia, PHDI, yang belakangan ikuti bergabung Jamaah Ahmadiyah Islamiyah (JAI) dan LDII. Kegiatan terdukung beberapa pihak lain seperti UKDW Yogyakarta, LBH Yogyakarta, Komunitas Gusdurian, ANBTI Yogyakarta, Kantor Kemenag, dan Kesbangpol Gunungkidul.

"Memang belum semuanya ormas keagamaan di Gunungkidul ini mau bergabung untuk tujuan membangun kerukunan dan persaudaaan lintas iman ini. Setidaknya ini bisa melengkapi tugas FKUB dalam pekerjaan menciptakan suasana damai dalam memperkuat Indonesia," pungkas Endro yang juga tenaga fasilitator di Sekolah Kebhinnekan Gunungkidul.(Hari)

Posting Komentar

0 Komentar