Nyadran Senin Pahing Wonopuro Klyar, Kedungpoh

NGLIPAR,(WH) – Senin (05/08/2019) Mengawali rangkaian acara rasulan atau bersih dusun dilaksanakan Nyadran yang bertempat di Petilasan Wonopuro di tepi sungai Padukuhan Klayar, Desa Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul.
Nyadran merupakan suatu tradisi turun-temurun dalam masyarakat Jawa. Nyadran juga merupakan bentuk refleksi  atas tradisi sosial-keagamaan yang bertujuan untuk mengingatkan diri atas fenomena hidup manusia dengan bertalian kepada Tuhan. Ritus ini dipahami oleh kalangan masyarakat Jawa sebagai warisan tradisi nenek moyang.
Petilasan Wonopuro merupakan destinasi laku spiritual yang kebanyakan dikunjungi orang dari luar daerah. Eyang wonopuro adalah putra kerajaan Bathok Bolu yang mengejar kesempurnaan hidup di wilayah Klayar hingga mokswa di tempat itu.
Tempat tersebut juga dijadikan situs religi oleh tiga demang yang kemudian juga di makamkan di lokasi setempat, yaitu Demang Abu Khasan , Demang Rekso Menggolo , dan Demang Ronoyudo. Ketiga demang ini bukan dari wilayah Gunungkidul. Abu Khasan dari Cirebon, Rekso Menggolo dari Ponorogo, sementara Ronoyudo dari Pleret, Bantul.
Tejo Suprapto Dukuh Klayar memaparkan bahwa Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental bertalian dalam ritual tersebut. Dulu aktifitas ini dilakukan di berbagai candi, saat ini nyadran dilakukan di makam para tokoh ternama, berkharisma, ulama’, atau tokoh mistik lainnya.
"Dalam acara nyadran ini diikuti oleh 6 RT, dihadiri dari Pemerintah Desa Kedungpoh, Forum Pemuda Pemudi Klayar, serta masyarakat sekitar ."terang Tejo.(05/08)

Mugiharto Kepala Desa Kedungpoh yang turut hadir dalam acara nyadran ini juga sangat mengapresiasi warganya yang masih memegang teguh adat dan budaya peninggalan leluhur, dan berharap kedepan generasi muda juga ikut andil dalam hal pelestarian.

“Seiring majunya jaman banyak perubahan pada kultur dan budaya kita. Maka mari kita kembalikan jatidiri kita yang kaya akan akan seni, tradisi , ilmu, teknologi yang santun dan ramah terhadap jagad seutuhnya serta harus ada regenerasi untuk melestarikan budaya ini untuk anak cucu kita,” pungkas Tejo.(Hari)

Posting Komentar

0 Komentar